Ada Penumpang dari Israel, Salah Satu Bandara di Rusia Rusuh karena Digeruduk Massa

Masyarakat Muslim Geruduk Bandara Dagestan Rusia
Sumber :
  • X

Dagestan – Massa di wilayah Dagestan yang mayoritas penduduknya Muslim di Rusia, menyerbu bandara di Makhachkala untuk mencari penumpang Yahudi yang datang dari Israel

Menteri Kontroversial Israel Kecelakaan, Mobilnya Terbalik Usai Terobos Lampu Merah

Beberapa hari yang lalu, masyarakat setempat mengepung sebuah hotel untuk mencari pelancong Yahudi dan menyerbu bandara, setelah muncul laporan bahwa ada penerbangan dari Tel Aviv yang tiba di kota tersebut. 

Para penumpang itu terpaksa mengungsi di pesawat atau bersembunyi di bandara karena takut diserang. Otoritas kesehatan setempat mengatakan 20 orang terluka, termasuk dua orang dalam kondisi kritis, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. 

Baba Vanga Ramal Perang Dunia III Akan Terjadi, Gegara Konflik Iran-Israel?

Ilustrasi Pesawat

Photo :
  • unsplash.com

Video yang diunggah ke media sosial menunjukkan ratusan pemuda, beberapa di antaranya membawa bendera Palestina atau poster yang mengecam Israel, menyerbu ke landasan bandara internasional Makhachkala dan naik ke pesawat yang berhenti. Mereka berusaha menerobos jendela. 

Kampus-kampus di Amerika Serikat Banyak Demo, PM Israel Merasakan Ini

Karyawan maskapai penerbangan terlihat mendorong penumpang kembali ke dalam pesawat ketika kerumunan orang mendekati pesawat. Rusia juga telah menutup bandara Makhachkala pada Minggu malam, 29 Oktober 2023, karena adanya penyusup di bandara. 

“Ada massa yang marah di luar yang tidak tahu dari mana kami berasal, dan mengapa (kami ada di sini). Mungkin saja kami juga akan diserang," kata salah satu penumpang, dikutip dari The Guardian, Senin, 30 Oktober 2023. 

Kerusuhan tersebut tampaknya terinspirasi oleh sejumlah postingan di platform media sosial Telegram, di mana masyarakat diberitahu bahwa sebuah penerbangan dari Tel Aviv akan tiba malam itu bersama pengungsi dari Israel. 

Beberapa tanda yang dipegang para perusuh berbunyi, “Kami menentang pengungsi Yahudi”. 

Polisi berdiri ketika ratusan pengunjuk rasa menyerbu terminal utama bandara, memasuki area dan menuntut petugas bea cukai mengarahkan mereka ke arah penumpang yang datang. 

Pengikut Utro Dagestan, salah satu akun Telegram yang secara rutin memuat berita bercampur teori konspirasi, diperintahkan untuk mengepung bandara setempat, menginterogasi penumpang yang datang dan menuntut agar mereka mengecam pemerintah Israel. 

Akun tersebut juga meminta masyarakat setempat untuk mengikuti setiap orang Israel yang datang, memotret kendaraan mereka dan menuliskan alamat tempat mereka tinggal. 

Video lain dari bandara menunjukkan orang-orang menghampiri penumpang maskapai penerbangan, termasuk mereka yang tampaknya baru saja tiba dengan penerbangan dari Israel. 

Mereka mengatakan mereka juga penduduk setempat yang bepergian ke luar negeri untuk mendapatkan bantuan medis. 

Otoritas penerbangan Rusia mengatakan pada Minggu malam bahwa semua massa aksi yang berada di dalam bandara itu telah dikeluarkan, sementara klip video yang beredar online menunjukkan polisi menangkap beberapa pengunjuk rasa.

Otoritas agama setempat telah menyarankan bahwa mereka mungkin perlu mengevakuasi sekitar 800 keluarga Yahudi dari seluruh Dagestan, banyak dari mereka berada di kota Derbent di bagian selatan. 

“Situasinya sangat sulit di Dagestan.  Masyarakat merasa takut, mereka menelepon, dan saya tidak tahu harus memberi nasihat apa,” kata Ovadya Isakov, perwakilan pemerintah dari komunitas Yahudi setempat. 

"Apakah layak untuk pergi? Karena Rusia bukanlah penyelamat kita. Ada juga pogrom di Rusia. Tidak jelas ke mana harus lari.” 

VIVA Militer: Pasukan Pertahanan Israel (IDF)

Photo :
  • middleeastmonitor.com

Sebagai informasi, tokoh berpengaruh terkemuka di Dagestan telah berbicara mendukung Palestina dan menentang negara Israel sejak 7 Oktober, ketika serangan Hamas di Israel selatan, menewaskan lebih dari 1.400 orang.  

Sebagai tanggapan, pemerintah Israel melancarkan kampanye pengeboman terhadap Gaza, dan menewaskan sekitar 8.000 orang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya