Meringis, Seorang Ibu di Gaza Lahirkan Bayi Tanpa Obat Pereda Nyeri

Kefaia Abu Asser Ibu di Gaza yang Melahirkan Anak Tanpa Obat Pereda Nyeri
Sumber :
  • BBC News

Palestina – Perang yang terjadi antara Hamas dan Israel terus menyisakan kepedihan. Terutama untuk anak-anak dan perempuan karena hujan bom serangan dari Israel masih terus membabi-buta. Mereka bahkan menyerang rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, hingga pengungsian. 

Geger Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza, Belasan Tentara Terluka

Salah satu kisah menyedihkan karena perang antara Hamas dan Israel ini dirasakan oleh seorang ibu yang baru saja melahirkan bayinya. Ia bahkan harus mengungsi di penampungan sekolah yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Rafah, Gaza selatan. 

“Anak saya belum punya nama karena perang. Dia berumur empat hari,” kata Kefaia Abu Asser kepada jurnalis lepas BBC dengan menggendong bayi perempuannya yang terbungkus selimut merah sembari duduk di atas tikar jerami. 

Permintaan Layanan Kesehatan Melonjak, ICRC Buka RS Lapangan di Rafah

Kefaia Abu Asser Ibu di Gaza yang Melahirkan Anak Tanpa Obat Pereda Nyeri

Photo :
  • BBC News

Tampak pula wajah stres dan kelelahan pada wanita tersebut. Apalagi menjadi ibu untuk pertama kalinya merupakan hal yang sulit di dunia. Namun, Kefaia harus melakukan hal tersebut di bawah trauma yang tak terbayangkan. 

30 Warga Kabupaten Sergai Diduga Keracunan Makanan

Ia diketahui berasal dari Gaza utara yang kini berusia 24 tahun. Kefaia memilih meninggalkan rumah bersama keluarganya usai serangan militer Israel yang memperingatkan warga sipil untuk pindah ke selatan Jalur Gaza untuk keselamatan mereka. 

“Awalnya kami pergi ke Kamp Nuseirat. Tapi ada bom di dekat kami. Saya melihat mayat-mayat yang terkoyak. Itu sangat sulit. Itu sangat berbahaya bagi bayi saya yang belum lahir. Saya selalu merasa takut,” katanya. 

Kefaia dan keluarganya termasuk di antara ratusan ribu orang yang memilih untuk meninggalkan Gaza utara. Seperti kebanyakan orang lainnya, dia harus berjalan jauh bermil-mil dan dihantui dengan perasaan akan dibom Israel. 

Bayi di Gaza yang menggunakan inkubator

Photo :
  • Al Jazeera

Keluarga tersebut akhirnya bisa sampai di Rumah Sakit (RS) Kuwait yang ada di kota Rafah, tapi bangsal persalinannya sudah ditutup. Kefaia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Emirat terdekat. Mirisnya, dia melahirkan tanpa obat pereda nyeri.

“Ini sangat sulit karena jumlah perempuan yang melahirkan sangat banyak. Mereka datang dari seluruh penjuru Gaza, dari utara ke selatan dan di mana pun di antaranya,” ujarnya.

“Ada kekurangan obat penghilang rasa sakit. Jadi mereka hanya memberikannya jika rasa sakitnya benar-benar tak tertahankan dan hanya diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan,” ungkapnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya