WHO Sebut Gencatan Senjata Sementara Israel-Hamas Tidak Cukup karena Perang Terus Berlanjut

Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia/WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Sumber :
  • WHO

JenewaWHO mengatakan bahwa gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas tidak cukup, karena perang akan terus berkecamuk setelah jeda kemanusiaan berakhir. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan ada kemungkinan besar pertempuran akan kembali terjadi setelah gencatan senjata beberapa hari.

Puluhan Anak di Gaza Tewas dalam Serangan Terbaru, AS Tuntut Penjelasan Israel

Badan kesehatan PBB juga menyerukan pembebasan tahanan yang ditahan di Jalur Gaza, dan gencatan senjata berkelanjutan sehingga bantuan dapat terus disalurkan ke daerah kantong Palestina untuk meringankan penderitaan warga sipil lebih lanjut.

“Saya sangat percaya bahwa jeda kemanusiaan, atau bahkan gencatan senjata (sepenuhnya) mungkin terjadi jika pihak-pihak yang mempunyai pengaruh dapat menanggapinya dengan serius,” kata Tedros pada konferensi pers.

Hizbullah Klaim Punya Rudal Lebih Canggih tapi Belum Pernah Digunakan

Warga Gaza mengunjungi rumah mereka yang hancur dibombardir Israel

Photo :
  • AP Photo/Hatem Ali

"Itu mungkin saja terjadi, tapi mereka yang punya pengaruh tidak melakukannya.  Itulah situasinya. Itu (seharusnya) bisa terjadi, ini masalah kemauan.”

Menyusup dengan Kendaraan Sipil ke Kamp Pengungsi, Tentara Israel Tembak Mati Seorang pria

Tedros juga mengatakan gencatan senjata ini telah memungkinkan WHO untuk meningkatkan pengiriman pasokan medis ke Gaza, dan memindahkan pasien dari rumah sakit Al Shifa, rumah sakit terbesar di wilayah tersebut ke rumah sakit lain di selatan Jalur Gaza.

Selama tiga hari pertama gencatan senjata, WHO menerima 121 palet pasokan medis ke gudangnya di Gaza, termasuk cairan infus, obat-obatan, perlengkapan laboratorium, serta perlengkapan trauma dan bedah.

“Kekhawatiran terbesar WHO adalah (memastikan) berfungsinya sistem kesehatan dan pekerja kesehatan di Gaza,” kata Tedros, seraya menggambarkan sistem kesehatan di sana sudah rusak.

Hanya 15 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi dengan kapasitas berapapun, namun tim medis benar-benar kewalahan. Dan dari 25 rumah sakit di wilayah utara, hanya tiga yang masih beroperasi pada tingkat paling dasar. Mereka juga kekurangan air, bahan bakar, dan makanan.

Richard Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah pendudukan Palestina, mengatakan: “Kami sangat prihatin dengan kerentanan yang saya sebut sebagai sistem kesehatan yang lumpuh.”

Korban perang di Gaza menerima perawatan di rumah sakit Al-Shifa di Gaza,

Photo :
  • AP Photo/Abed Khaled.

Dia mengatakan Gaza memiliki 3.500 tempat tidur rumah sakit sebelum perang, tetapi sekarang hanya tersedia 1.500, dan kapasitas tempat tidur perlu segera diperluas karena rumah sakit tersebut masih berfungsi. "Kami memperkirakan ada kebutuhan 5.000 tempat tidur, jadi perjalanan kami masih panjang,” ucapnya.

“Terulangnya kekerasan dapat merusak fasilitas kesehatan dan membuat lebih banyak fasilitas kesehatan tidak berfungsi. Gaza sama sekali tidak mampu (lagi) kehilangan lebih banyak tempat tidur rumah sakit.”

Direktur kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan tidak mungkin jika tim medis darurat yang masuk dapat menggantikan kapasitas yang hilang dalam sistem kesehatan Gaza.

“Besok, bahkan jika perdamaian diumumkan, kita menghadapi tantangan besar di depan kita, tantangan kesehatan masyarakat dan penyediaan layanan kesehatan yang sangat besar,” pungkasnya.

Serangan Udara dan Artileri Israel di Jalur Gaza.

Serangan Brutal Israel, Jumlah Korban Tewas di Gaza Terus Meningkat

Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan pada Rabu, 30 Oktober 2024, setidaknya 102 warga Palestina tewas dalam serangan gencar oleh Israel di Jalur Gaza.

img_title
VIVA.co.id
31 Oktober 2024