Houthi Yaman Berhasil Uji Coba Rudal Hipersonik, Siap Digunakan ke Israel
- AP News
Yaman – Kelompok bersenjata Houthi di Yaman mengatakan bahwa mereka telah berhasil menguji rudal hipersonik, kata kelompok itu kepada media Rusia.
“Pasukan rudal gerakan ini telah berhasil menguji sebuah rudal yang dapat mencapai kecepatan hingga Mach 8 (6.200 mil per jam) dan ditenagai oleh bahan bakar padat,” kata seorang sumber kepada Sputnik. “Yaman berencana untuk mulai memproduksinya untuk digunakan dalam serangan di Laut Merah dan Laut Arab serta Teluk Aden, serta terhadap sasaran di Israel,” tambahnya, dilansir Jumat, 15 Maret 2024.
Ilustrasi rudal balistik Houthi Yaman
- AP News
Rudal semacam itu akan mencapai Israel, yang berjarak lebih dari 2.000 mil dari Yaman, hanya dalam 10 menit. Menurut laporan tersebut, Houthi berencana untuk mulai memproduksi rudal itu untuk digunakan terhadap sasaran di Laut Merah, Laut Arab, Teluk Aden, dan tentu saja Israel.
Organisasi yang didukung Iran, yang juga menguasai sebagian besar wilayah berpenduduk Yaman, mengatakan mereka telah meningkatkan rudal dan drone mereka untuk membawa hulu ledak dua kali lebih kuat dari yang mereka miliki di gudang senjata mereka.
AS sebelumnya mengatakan telah mencegat serangan pesawat tak berawak dari Yaman di Laut Merah. Rudal balistik yang ditembakkan tidak mengenai kapal mana pun, namun sangat dekat.
Sejak pecahnya perang Israel-Hamas di Gaza pada 7 Oktober, Houthi, atas dasar solidaritas kepada rakyat Palestina, menyerang rute pelayaran internasional di Laut Merah dan Teluk Aden sebagai tanggapan atas operasi Israel di Jalur Gaza. Kapal yang diserang adalah yang berkaitan dengan Israel dan antek-anteknya, seperti Amerika Serikat, Inggris dan lainnya.
Kelompok itu mengatakan bahwa mereka akan meningkatkan serangan selama bulan suci Ramadhan sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di tengah perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di Gaza.
VIVA Militer: Serangan rudal milisi Houthi Yaman
- arabnews.com
Menurut Houthi, 61 kapal telah diserang. Penggunaan senjata baru dan canggih oleh mereka "mengejutkan AS dan Inggris," kata seorang juru bicara.
Gangguan terhadap salah satu jalur pasokan maritim paling penting di dunia yang mengarah ke Terusan Suez di Mesir mendorong AS dan Inggris melancarkan serangan udara dan operasi pertahanan di wilayah tersebut.
