Perolehan Suara Sementara Pemilu Rusia, Putin Unggul di 87,3 Persen

Presiden Rusia Vladimir Putin (Doc: The Sundaily)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Moskow – Presiden Rusia Vladimir Putin kembali memenangkan pemilihan presiden di negaranya berdasarkan perhitungan suara sementara. Dengan separuh surat suara telah dihitung, Putin memimpin dengan 87,3 persen suara, menurut hasil awal yang dilaporkan pada Minggu, 17 Maret 2024, oleh Komisi Pemilihan Umum Pusat Rusia (CEC).

Surya Paloh Sambut Baik PKS Jika Ikut Merapat ke Koalisi Prabowo-Gibran

Hasilnya, berarti Putin akan memerintah setidaknya sampai tahun 2030, ketika ia berusia 77 tahun. Melansir dari CNN Internasional, Putin menjadi pemimpin terlama di Rusia sejak diktator Soviet Joseph Stalin, berkuasa selama tiga dekade penuh.

Dalam pidato kemenangannya di Moskow, Putin mengatakan bahwa ia akan memprioritaskan penyelesaian tugas-tugas yang terkait dengan operasi militer khusus Rusia di Ukraina dan akan memperkuat militer Rusia.

Anies Puji Konsistensi PKS Jadi Oposisi di Depan Surya Paloh dan Cak Imin

“Kami memiliki banyak tugas ke depan. Ketika kita melakukan konsolidasi, tidak peduli siapa yang ingin mengintimidasi kita, menindas kita, tidak ada yang pernah berhasil dalam sejarah, mereka belum berhasil saat ini, dan mereka tidak akan pernah berhasil di masa depan,” kata Putin.

Presiden Rusia Vladimir Putin.

Photo :
  • aljazeera.com
Tak Bakal Usung Anies, Ini Sederet Kader yang Dijagokan PKS di Pigub Jakarta

Selain itu, Pendukungnya meneriakkan “Putin, Putin, Putin” ketika dia muncul di panggung dan “Rusia, Rusia, Rusia” setelah dia menyampaikan pidato penerimaannya.

Meski demikian, gelombang protes masih terus terjadi baik di Rusia maupun di luar negeri, setelah pemimpin oposisi Alexei Navalny, meninggal di penjara Arktik bulan lalu.

Namun, Putin mengatakan kepada wartawan bahwa dia menganggap pemilu Rusia berlangsung demokratis dan mengatakan protes yang diilhami Navalny terhadap dirinya tidak berdampak pada hasil pemilu.

Ketika ditanya oleh NBC, apakah terpilihnya kembali dirinya merupakan demokratis berjalan baik, Putin justru mengkritik sistem politik dan peradilan AS.

"Seluruh dunia menertawakan apa yang terjadi (di Amerika Serikat). Karena itu terlihat seperti bencana, bukan demokrasi," ujar Putin.

"Apakah demokratis jika menggunakan sumber daya administratif untuk menyerang salah satu kandidat presiden Amerika Serikat, antara lain dengan menggunakan sistem peradilan?," tanyanya, dengan jelas merujuk pada empat kasus kriminal yang menimpa kandidat Partai Republik Donald Trump.

Sebagai informasi, Pemilu di Rusia terjadi dua tahun setelah Putin memicu konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua dengan memerintahkan invasi ke Ukraina.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya