Yunani Blokir Aktivis Flotilla Menuju Gaza

Salah satu kapal dalam armada bantuan Flotilla II.
Sumber :
  • AP Photo/Darko Bandic

VIVAnews - Ratusan aktivis yang berencana turut dalam misi pelayaran kemanusiaan Flotilla ke Gaza, dihalau pemerintah Yunani. Jumat waktu setempat, 1 Juli 2011, pemerintah Yunani melarang semua kapal yang tengah bersandar di pelabuhannya, untuk berlayar ke Palestina.

Fortuner vs Pajero Sport Bekas, Pajak Tahunannya Murah Mana?

Seperti dikutip dari situs Christian Science Monitor, kapal yang membawa sekitar 50 aktivis asal Amerika Serikat, dipaksa untuk berlabuh oleh pasukan komando Yunani, saat berlayar di perairan sekitar 30 mil dari Athena.

Ini merupakan kemenangan diplomatik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang sejak awal berusaha menggagalkan keinginan para aktivis untuk terus merangsek untuk mengirim bantuan ke Jalur gaza.

Selamat! Laura Theux dan Indra Brotolaras Dikaruniai Anak Pertama

Di kapal tersebut antara lain turut penulis pemenang penghargaan Pullitzer, Alice Walker, serta saksi mata sejarah Holocaust yang kini berusia 85 tahun, Hedy Epstein. Hingga Jumat malam, waktu setempat, kapal ini masih ditahan di pelabuhan penjaga pantai Yunani.

Seperti dikutip dari situs The Globe and Mail, pemerintah Yunani juga telah menahan The Tahrir, salah satu kapal carteran asal Kanada, di sebuah lokasi yang tak disebutkan, dan menahan dokumen-dokumennya.

MTsN 1 Pati Kirim Tiga Siswa ke Thailand untuk Olimpiade Matematika Internasional

Dari sekitar enam kapal yang akan bergabung dalam misi ke Gaza kali ini, lima di antaranya kini tengah berada di pelabuhan Yunani, dan belum bisa bergerak. Sementara, kapal keenam, yang berasal dari Perancis, sudah berlayar dari Perancis, awal pekan ini, dan diperkirakan tengah berada di perairan Mediteranea.

Dua kapal lain, MV Saoirse dari Irlandia, masih berlabuh di pelabuhan Turki. Sementara itu, kapal Swedia The Juliano, juga tengah tertambat di pelabuhan Yunani karena batang baling-balingnya rusak. Para aktivis percaya bahwa ini adalah berkat aksi sabotase yang dilakukan Israel.

Tahun lalu, misi kemanusiaan Flotilla berakhir menjadi sebuah tragedi, ketika para tentara Israel membunuh sembilan aktivis di kapal Mavi Marmara yang tengah berlayar di perairan internasional dekat Gaza. dan Tahun ini, sekitar 500 aktivis kembali menumpang sekitar sembilan kapal yang berasal dari AS maupun Eropa untuk melakukan misi yang sama.

"Rakyat di Gaza tidak bebas, dan kami berharap agar publik di seluruh dunia bisa melihat apa yang terjadi, bahwa pemerintah AS dan Israel telah melakukan outsourcing serta menarik Yunani untuk bergabung bersama dengan mereka," kata Jane Hirschmann, salah seorang aktivis Amerika kepada Christian Science Monitor.

Apa yang mereka alami, Hirschmann melanjutkan, adalah gambaran kecil dari apa yang terjadi sehari-hari di Gaza. "Mereka tidak mengizinkan kita untuk bisa masuk atau keluar, dan tidak bisa mendapatkan bahan apapun di negeri itu, kecuali Israel mengijinkannya," kata Hirschmann.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya