- REUTERS/Damir Sagolj
VIVAnews - Banjir yang melanda Thailand rupanya tak menghalangi para penduduk untuk melakukan Loi Krathong atau ritual pemujaan terhadap Dewi Air. Tahun ini, selain melakukan ritual, mereka juga memohon maaf karena telah mencemari air dengan perilaku yang buruk.
Biasanya penduduk Thailand merayakan festival yang telah berlangsung selama berabad-abad dengan menghanyutkan lentera di atas daun pisang yang telah dihias di sungai, kanal, dan danau pada malam hari. Namun, dilansir dari New Straits Times, Jumat 11 November 2011, akibat banjir, penduduk dapat menghanyutkan lentera mereka dari mana saja.
"Saya meminta maaf pada Dewi Air, juga berterima kasih karena telah diberi air, juga memohon agar semua keburukan lenyap," kata Usanee Krapukthong, salah seorang korban banjir Bangkok yang menghanyutkan lentera dari sebuah danau. "Saya harap rumah dan negara saya cepat kering."
Krapukthong mengaku biasanya menghanyutkan lenteranya di sungai. Untuk tahun ini ia terpaksa melakukannya di luar kebiasaan karena adanya imbauan pemerintah untuk tidak melepas lentera di aliran air agar tidak menambah sampah.
Sejumlah warga Thailand bahkan memilih meluncurkan lentera virtual di dunia maya. Tahun ini, antusiasme masyarakat untuk merayakan Loi Krathong diakui memang menurun akibat banjir.
"Orang-orang menghawatirkan kondisi rumah mereka, kapan banjirnya mulai surut, dan apa yang akan terjadi nanti," kata seorang karyawan hotel yang membatalkan acara perayaan Loi Karthong untuk menghormati para korban banjir.
Namun demikian, mereka optimistis keadaan akan segera membaik. Dewi Air akan menunjukkan welas asihnya dan mereka akan bisa kembali merayakan festival ini tahun depan. (umi)