Permintaan Mati Pria Ini Ditolak Pengadilan

Tony Nicklinson
Sumber :
  • Twitter @TonyNicklinson

VIVAnews - Seorang pria di Inggris bernama Tony Nicklinson tak kuasa menahan tangis saat Pengadilan Tinggi menolak permintaannya untuk mengakhiri hidup. setelah menderita locked-in syndrome selama tujuh tahun terakhir. 

Fortuner vs Pajero Sport Bekas, Pajak Tahunannya Murah Mana?

Seperti diketahui locked-in syndrome atau disebut juga penyakit casthatropic stroke adalah kondisi di mana pasien sadar dan terjaga tetapi tidak dapat bergerak atau berkomunikasi secara lisan karena terjadi kelumpuhan otot hampir pada semua anggota tubuh kecuali mata.

Dilansir dari laman Daily Mail, Nicklinson tak dapat menggerakkan bagian tubuhnya kecuali kepala dan mata setelah terkena stroke dalam perjalanan bisnis ke Athena, Yunani, tahun 2005 lalu. Ayah dari dua orang anak ini hanya bisa berkomunikasi lewat program komputer yang menerjemahkan kedipan mata serta gerakan kepala. 

Selamat! Laura Theux dan Indra Brotolaras Dikaruniai Anak Pertama

Nicklinson telah berjuang selama tiga tahun, membujuk tiga hakim di Pengadilan Tinggi untuk memutuskan bahwa dokter yang membantunya mati kebal dari tuntutan. Namun, Pengadilan Tinggi menyatakan, hanya parlemen yang mampu mengubah hukum soal pembunuhan yang memungkinkan dokter membantu seseorang untuk meninggal.

Para hakim mengatakan, jika dokter tidak diizinkan membantu Nicklinson mati maka satu-satunya pilihan yang bersangkutan adalah meninggal karena kelaparan. Meski demikian istri Nicklinson, Jane berencana mengajukan banding. Ia dan kedua putrinya, Lauren serta Beth mendukung penuh Nicklinson.

MTsN 1 Pati Kirim Tiga Siswa ke Thailand untuk Olimpiade Matematika Internasional

Sementara itu, lewat komputer, Nicklinson mengatakan, "Saya merasa hancur oleh keputusan pengadilan." Sebelum terkena locked-in syndrome, Nicklinson adalah pria yang aktif. Dalam beberapa foto, tampak Nicklinson sedang mengendarai quad bike, dan terjun payung tandem di Uni Emirat Arab pada tahun 2001 silam. 

Nicklinson bukan satu-satunya pasien yang berjuang untuk mati. Seorang pria berusia 47 tahun bernama Martin juga diketahui menginginkan hal serupa. Ia mengalami stroke empat tahun lalu dan tidak dapat berbicara ataupun bergerak, kecuali gerakan kecil di bagian kepala dan mata. 

Sementara itu tiga hakim, Toulson, Royce, dan Macur menolak klaim kedua pria tersebut bahwa mereka diizinkan mendapat bantuan untuk mati berdasarkan Pasal Delapan Piagam Hak-hak Asasi Manusia Eropa yang menjamin hak untuk hidup pribadi dan keluarga.

Toulson pun menyebut kasus Nicklinson dan Martin sebagai hal yang tragis. Meski mengatakan, nasib kedua pria tersebut sangat menyentuh, Toulson berpendapat, keinginan mereka untuk memiliki kontrol atas akhir hidup mereka menuntut pertimbangan paling hati-hati dan simpatik.

"Tapi ada juga hal penting lainnya yang perlu dipertimbangkan. Keputusan untuk memungkinkan klaim mereka memiliki konsekuensi jauh di luar kasus ini," ucap Toulson.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya