Sumber :
- REUTERS/Romeo Gacad/Pool
VIVAnews -
Publik Australia terbagi dua soal apakah Perdana Menteri Tony Abbott harus menandatangani kode etik spionase atau tidak. Kode etik ini diajukan oleh Presiden SBY kemarin untuk menormalisasi hubungan kedua negara.
Kode etik dan protokol itu berisi komitmen RI-Australia untuk tidak melakukan apapun yang dapat membahayakan hubungan kedua negara. Dalam survei yang digelar
Sydney Morning Herald
kemarin, hanya setengah dari publik Australia yang mendukung pemerintah menandatanganinya.
"Saya kira ini langkah maju yang baik," kata Abbott seperti dilansir The Guardian. Namun Abbott menyatakan butuh waktu lebih untuk mempelajari lagi pernyataan SBY, baru kemudian mengeluarkan pernyataan balasan resmi.
Dia pun mengaku tidak ingin terburu-buru untuk segera meneken kode etik dan protokol yang dituntut oleh Presiden SBY. Abbott malah menyarankan untuk menggelar sebuah dialog sehingga kedua negara dapat duduk bersama dan bersikap terbuka.
Dialog itu diyakini bisa membangun kembali rasa saling percaya antara Jakarta-Canberra. “Hubungan kedua negara memang bergantung kepada kesepakatan yang baik terkait pertukaran informasi intelijen. Saya ingin terus memperdalam dan meneruskan dialog selama beberapa minggu dan bulan ke depan,” kata dia.
Halaman Selanjutnya
"Saya kira ini langkah maju yang baik," kata Abbott seperti dilansir The Guardian. Namun Abbott menyatakan butuh waktu lebih untuk mempelajari lagi pernyataan SBY, baru kemudian mengeluarkan pernyataan balasan resmi.