Konflik Ukraina, Uni Eropa Siapkan Sanksi

Bentrokan antara demonstran dan polisi di Kiev, Ukraina (18/2/14))
Sumber :
  • REUTERS/David Mdzinarishvili
VIVAnews - Uni Eropa berang dengan aksi kekerasan yang terus berlanjut belakangan ini di Ukraina. Dalam bentrok terakhir di Independence Square di pusat kota Kiev, korban tewas mencapai 25 orang.

Pemimpin Uni Eropa menyerukan pertemuan darurat menteri luar negeri anggota untuk membahas kekerasan tersebut. Presiden Komisi Eropa mengharapkan pertemuan bisa menghasilkan langkah-langkah yang ditujukan kepada pihak yang dianggap bertanggung jawab atas kekerasan yang berlebihan.


Sejumlah petinggi Eropa sebagian menyalahkan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych atas terjadinya krisis kekerasan itu. Yanukovych dianggap tak mempertimbangkan dialog dengan para demonstran. 


Namun Ukraina bukan tanpa pembela. Berbeda dengan negara-negara lainnya, Rusia membela Yanukovych dan mengutuk unjuk rasa yang terjadi berpotensi percobaan kudeta. 


Pengunjuk rasa telah menduduki Maidan, alun-alun pusat Kiev sejak Desember tahun lalu. Namun kekerasan masih terus berlanjut sampai Selama malam. Pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan polisi anti huru hara. 


Sejauh ini pengunjuk rasa bertahan dengan membuat barikade dari barang-barang seadanya. Mulai ban, kayu, dan lainnya. Pengunjuk rasa menyatakan tetap akan bertahan di alun-alun. Pengunjuk rasa terus melawan tentara elit 'Bekrut'.


Pada Rabu pagi waktu setempat, disebutkan telah terjadi peningkatan pengepungan di alun-alun.


Sementara partai oposisi Ukraina menolak klaim Yanukovych yang mengatakan pengunjuk rasa telah disusupi gerakan radikal. Sang Presiden menyalahkan hal ini yang kemudian menimbulkan kekerasan.

 

"Setelah melepaskan perang melawan rakyatnya sendiri, Yanukovych  terus mengklaim warga negara Ukraina yang keluar untuk membela hak mereka adalah radikal," kata Vitaly Klitschko dari partai Udar. 


Klitschko mengkritik cara pemerintah menghadapi unjuk rasa dengan menurunkan polisi anti huru hara dengan senjata dan titushky (preman yang disewa pemerintah) untuk melawan warga sipil. 

Indonesia to Face Guinea in the 2024 Paris Olympics Playoffs

"Mereka gagal mematahkan perlawanan rakyat dan tidak akan berhasil. Seluruh negeri telah memberontak terhadap Yanukovych. Ia harus menyadari itu," ujar pernyataan tersebut.
Polres Jaksel Pecat Enam Anggotanya, Ada Apa?


Transaksi Kendaraan Listrik di SPKLU Melonjak 5 Kali Lipat
Sementara dalam pidatonya, Selasa malam, Yanukovych menuding para pemimpin oposisi yang mengubah kondisi menjadi kekerasan besar-besaran, pembakaran dan pembunuhan, guna mengkudeta kekuasaan. 

Dalam pidatonya, Yanukovych juga mengancam kekuatan oposisi untuk menjauh dari pengunjuk rasa. Jika tidak menaatinya, Yanukovych pun tak segan untuk mengerahkan kekuatan melawan oposisi.


"Menyuruh orang untuk mengangkat senjata adalah pelanggaran hukum berat. Saya minta pemimpin oposisi untuk menyingkir, jika tidak mereka harus mengakui bahwa mereka pendukung gerakan radikal," katanya. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya