PBB: Rasisme di Korsel Masalah Serius

Kamp pekerja migran di Seoul, Korsel.
Sumber :
  • Reuters/Kim Hong-Ji

VIVAnews - Pelapor khusus PBB, Mutuma Ruteere, mengatakan rasisme menjadi persoalan serius yang dihadapi para pekerja migran di Korea Selatan (Korsel). Perlakuan rasis juga dirasakan oleh orang asing yang menikah dengan warga Korsel.

China dan AS Siapkan Sanksi Baru Korut

Dikutip dari laman Malaysia, The Star, Selasa 7 Oktober, Mutuma yang melakukan misi selama satu pekan di Korsel mengatakan berbagai tindakan rasisme terjadi, mulai dari ekploitasi diskriminasi hingga pelecehan verbal.

Dia mengatakan rasisme merupakan persoalan serius di Korsel, seiring meningkatnya komunitas asing di negara ekonomi terbesar keempat Asia itu. Mutuma menyerukan perbaikan dengan pendidikan yang lebih baik.

Usir Warga Korsel, Korut Kuasai Kaesong

Serta adanya serta langkah-langkah untuk menjamin agar media menghindari stereotip rasisme dan xenofobia. Di Korsel terdapat komunitas-komunitas homogen berdasarkan etnis, yang kerap dibuat merasa tidak diterima di Korsel.

Mutuma menyebut para pekerja migran di sektor pertanian dan kelautan menderita kondisi kerja dan hidup yang buruk. Mereka mendapat jam kerja lebih lama tapi upah yang lebih kecil dibanding pekerja asli Korea.

Korut Bikin Jengkel Lagi, Korsel Beri Tembakan Peringatan

Dia mengungkapkan ada regulasi-regulasi yang mempersulit pekerja migran untuk pindah dari tempat bekerjanya. Para pekerja itu juga banyak yang diusir secara paksa dari Korsel saat kontrak kerja mereka habis.

Walau tidak mendapat bukti spesifik praktek rasisme di tingkat institusi pemerintahan, Mutuma mencatat adanya kelompok-kelompok xenofobia yang menganggap kebijakan untuk mendukung keluarga multikultural merupakan diskriminasi terhadap orang asli Korea.

Laporan Mutuma tentang misi Mutuma di Korsel itu, akan diserahkan ke Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHCR) pada 2015. (ren)

Korut kembali luncurkan lima proyektil

Korut Tembakkan Dua Rudal Jarak Pendek

Sebagai dampak dari sanksi berlapis DK PBB dan AS.

img_title
VIVA.co.id
10 Maret 2016