Polisi Sudah Ambil DNA Keluarga Mayang Prasetyo

Mayang Prasetyo, WNI yang dibunuh dan dimutilasi warga Australia
Sumber :
  • Facebook
VIVAnews - Sekretaris I Fungsi Konsuler KBRI Canberra, Australia, Ernawati menyebut saat ini polisi telah mengambil sampel DNA dari keluarga Mayang Prasetyo atau Febri Andriansyah di Lampung. Data DNA itu, ujar Ernawati, akan diproses di Jakarta dan dikirim ke Australia. 

Ernawati yang dihubungi VIVAnews pada Rabu 8 Oktober 2014 melalui telepon mengatakan, dengan adanya data pembanding sampel DNA, maka dapat mempercepat proses identifikasi.

"Kami juga bisa memulangkan jenazah Mayang secepatnya sesuai dengan permintaan ibunya," kata dia. 

Sebelumnya, identitas asli Mayang sempat sulit diketahui karena dia tidak pernah melapor ke perwakilan RI di Negeri Kanguru. Menurut seorang pejabat di KJRI Sydney, identitas Mayang tidak terdaftar di KJRI Sydney atau KJRI Melbourne.

Jelang Hari Kebebasan Pers Sedunia, Gaza Berduka Atas Kematian 140 Jurnalis dalam Serangan Israel
Namun, dari penelusuran KBRI Canberra yang berkomunikasi secara intensif dengan polisi Brisbane, berhasil memperoleh informasi data asli Mayang bernama Febri Andriansyah. Menurut Ernawati, sesuai keterangan di paspor, warga Indonesia yang berusia 27 tahun itu, berjenis kelamin laki-laki. 

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca Berikan Efek Samping Cedera Serius Hingga Kematian
Sementara itu, harian Australia, Courier Mail, edisi hari ini, melansir pernyataan Sersan Polisi Senior Brisbane, Tom Armitt, yang menyatakan polisi telah berhasil menemukan senjata yang digunakan oleh Marcus Peter Volke untuk memutilasi Mayang. 

Usai Bunuh Rini dan Gasak Rp43 Juta, Uangnya Dipakai Arif Beli Koper hingga Biaya Resepsi Nikah
Armitt mengatakan, proses penyelidikan polisi kini terfokus pada tindak kekerasan domestik yang melewati batas antara Volke dan Mayang pada Kamis pekan lalu. 

Jago Bela Diri

Salah satu teman Mayang dan Volke, Rob Sinclair, mengaku memperhatikan perubahan sikap temannya itu dalam satu tahun terakhir. Sinclair menyebut Volke memiliki kemampuan bela diri yang mumpuni dan memegang sabuk hitam karate. 

Dia merujuk secara spesifik ke dua foto yang dipampang Volke di media sosial, Facebook. 

"Dua foto profil yang di Facebook bisa memperlihatkan ada yang berbeda di matanya," kata Sinclair.

Dia tidak tahu apa yang terjadi di kehidupan Volke. Namun, sepertinya Volke, kata dia, sedang putus asa. 

Volke juga diketahui tidak pernah membicarakan mengenai Mayang yang dinikahinya di Denmark pada tahun lalu. 

"Sesuatu pasti telah terjadi padanya saat dia tengah berada di luar negeri, yang menyebabkan dia menjadi depresi. Dia terlihat menyendiri sepanjang perjalanan ke luar negeri," imbuh dia.

Volke mengakhiri hidupnya dengan menggorok lehernya ketika tengah bersembunyi di dalam tong sampah besar yang berlokasi tak jauh dari apartemennya di Teneriffe, Brisbane. Dia melakukan hal itu diduga agar tidak ditangkap polisi usai membunuh dan memutilasi Mayang. 

Aksi pembunuhan itu terbongkar ketika tetangga di apartemen Volke mengaku terganggu dengan bau busuk yang menyengat dari unit Volke. Manajer apartemen lalu memanggil polisi dan menemukan jasad Mayang yang dimutilasi. Bagian tubuh tangan dan kaki terlihat ada di dalam panci yang teronggok di atas kompor. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya