Kekurangan Donor Sperma, Australia Cari Sumber di Luar Negeri

Ilustrasi sperma
Sumber :
  • iStock

VIVAnews - Australia disebut tengah mengalami krisis serius persediaan sperma, setelah permintaan dari perempuan lajang dan pasangan sesama jenis meningkat tiga kali lipat dalam empat tahun terakhir.

Dilansir dari Daily Mail, Selasa 11 November, Klinik fertilitas di Australia berusaha keras merekrut pria lokal. Tapi dengan permintaan yang terlampau tinggi, Australia kini mempertimbangkan untuk mencari donor dari luar negeri.

Kebijakan yang melarang donor sperma anonim, telah membuat banyak pria Australia enggan mendonorkan spermanya dalam beberapa tahun terakhir. Apalagi secara budaya, Australia memang tertinggal dalam hal keinginan untuk mendonorkan jaringan tubuh.

Sehingga persediaan sperma donor sangat terbatas di Australia. "Ada krisis persediaan sperma donor yang serius, sementara permintaan dari wanita lajang dan pasangan sesama jenis meningkat," kata Peter Illingworth, direktur medis IVF Australia.

Oleh karena itu, sebut Peter, donor dari luar Australia menjadi satu-satunya cara untuk mengatasi kekurangan persediaan. Namun negara darimana donor berasal, harus menerapkan standar hukum dan etika yang sama seperti Australia.

Identitas lengkap pendonor harus diberikan. "Sangat penting bagi para donor untuk bersedia memberikan identitas mereka, bagi anak-anak yang dilahirkan saat mereka dewasa. Sebagai konsekuensinya, tidak ada donor sebanyak yang kita inginkan," ujar Peter.

Disebutnya, banyak anak-anak yang dilahirkan dari hasil donor mengalami trauma, karena mereka tidak dapat melacak dari mana mereka berasal. Maka kini pendonor diwajibkan untuk memberikan identitasnya.

Kebijakan lain yang menyebabkan kurangnya persediaan donor, adalah batasan bagi berapa banyak anak yang dapat dilahirkan dari seorang donor. Di New South Wales, seorang pendonor hanya dapat digunakan untuk kelahiran lima anak.

Sementara di Queensland dan Victoria, jumlahnya jauh lebih besar dengan 10 anak. Chris Copeland dari Pusat Fertilitas Canberra, menyebut krisis yang terjadi adalah karena tidak siapnya warga Australia untuk menjadi pendonor.

Itu yang membuat Australia berbeda dengan negara lain seperti Amerika Serikat, di mana masyarakatnya lebih siap untuk menjadi pendonor. Dia mengakui faktor pemberian identitas memang berpengaruh besar, namun masalah kesiapan itu tidak kalah besar dampaknya.

"Orang Australia adalah pemberi donor yang buruk," kata Copeland. Dia mencontohkan bagaimana Australia termasuk sebagai kelompok pemberi donor darah terendah di dunia. Menurutnya itu terkait dengan masalah budaya.

Jadi Prioritas Nasdem di Pilkada 2024, Anies: Kita Rehat Dulu

Jumlah Berkurang

Menurut laporan tahunan di Victoria, jumlah pemberi donor pada 2014 menurun 23 persen dibandingkan 2013. Jumlah pria yang bersedia mendonorkan spermanya berkurang dari 64 menjadi 61 orang saja. Sementara jumlah wanita yang membutuhkan, meningkat dari 92 menjadi 311.

Direktur Eksekutif VARTA, Louise Johnson, mengatakan beberapa klinik di Victoria telah mulai menyelidiki sperma impor. Hal terpenting, kata dia, tidak masalah dari mana donor berasal namun harus dapat diidentifikasi, serta mudah diakses oleh anak-anak yang dilahirkan nantinya.

Johnson mengatakan karena meningkatnya permintaan, klinik-klinik mencari beberapa opsi, termasuk mengimpor sperma. Menurutnya, mendapatkan donor sperma dari luar negeri jauh lebih mudah. "Tapi mereka (donor) harus memahami implikasi dari pemberian donor," katanya.

Di Victoria, akses pada identitas pendonor menjadi hak bagi anak-anak yang dilahirkan, setelah mereka berusia 18 tahun. (ren)

Bareskrim Polri Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung soal Kasus Pemalsuan Dokumen
Tangkapan layar bocah di Makassar mesum di kuburan.

Bocah 7 Tahun di Makassar Mesum di Kuburan, Mengaku Karena Sering Nonton Film Porno

Sebuah video viral, memperlihatkan dua bocah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan melakukan aksi mesum. Ketiga bocah itu melakukan hubungan mesum di kawasan pemakaman umum.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024