Sumber :
- REUTERS/UNICEF Pacific/Handout via Reuters
VIVA.co.id
- Pemerintah Indonesia mengaku siap untuk memberikan bantuan kepada pemerintah dan rakyat Vanuatu usai dihantam badai siklon pam pada Jumat malam pekan lalu. Namun, hingga kini Pemerintah Indonesia masih menanti informasi jenis bantuan apa saja yang dibutuhkan oleh rakyat dan Pemerintah Vanuatu untuk menghadapi dampak badai berkecepatan lebih dari 300 kilometer per jam itu.
Hal itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Christiawan Nasir, pada hari Senin, 16 Maret 2015 di kawasan Pejambon, Jakarta Pusat. Menurut diplomat yang akrab disapa Tata itu, rasa simpati juga telah disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, kepada Menlu Vanuatu, Meltek Sato Kilman Livtuvanu, melalui telepon pada pagi tadi.
"Sementara, Presiden Joko Widodo juga ingin berbicara dengan Perdana Menteri Vanuatu. Tetapi, hingga saat ini komunikasi masih terputus, sehingga sulit untuk menghubungi melalui telepon," ujar Tata.
Berdasarkan data dari KBRI Canberra, Australia, terdapat sembilan WNI yang tengah bermukim di sana. Terkait hal tersebut, Tata memastikan mereka semua dalam keadaan aman dan terhindar dari dampak badai tersebut.
Vanuatu termasuk wilayah kerja dari KBRI Canberra. Oleh sebab itu, keberadaan WNI di sana masuk ke dalam pantuan mereka.
Baca Juga :
Indonesia Kirim Bantuan dan Relawan ke Vanuatu
Negeri Kanguru berkomitmen untuk memberikan bantuan senilai AUD$5 juta atau Rp50 miliar. Sementara, Pemerintah Inggris siap menggelontorkan dana senilai 2 juta Poundsterling atau setara Rp39 miliar.
Saat diwawancarai
BBC
, Presiden Vanuatu, Baldwin Londsdale, mengatakan telah menyatakan negaranya dalam keadaan darurat. Akibat badai tersebut, hampir semua bangunan di ibukota Port Vila, termasuk sekolah dan klinik telah hancur.
"Badai siklon pam ini, menurut saya seperti monster dan telah menghancurkan negara kami serta mengakibatkan kemunduran. (ren)
![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Negeri Kanguru berkomitmen untuk memberikan bantuan senilai AUD$5 juta atau Rp50 miliar. Sementara, Pemerintah Inggris siap menggelontorkan dana senilai 2 juta Poundsterling atau setara Rp39 miliar.