Sumber :
- VIVA.co.id/Mitra Angelia
VIVA.co.id
- Tidak mudah perjalanan yang dilalui pilot penerbang pesawat Boeing A-7305 milik TNI Angkatan Udara ketika mengangkut warga Indonesia yang berhasil dievakuasi dari Yaman. Semula, TNI AU sulit memperoleh izin masuk dan jalur penerbangan tiba-tiba berubah, karena militer Arab Saudi melakukan serangan udara terhadap kelompok pemberontak Houthi.
Demikian ungkap Kolonel I Gede Putu Setia ketika dipercaya untuk menerbangkan pesawat TNI AU itu. Ditemui di Landasan Pacu Bandara Halim Perdana Kusuma, pada Senin, 13 April 2015, Putu mengaku semua proses evakuasi WNI dari sana butuh waktu cukup panjang.
Semula, dia hanya perlu untuk mendarat di bandara Jizan, Arab Saudi lalu mengantar WNI yang telah tiba di sana menuju ke Salalah, Oman. Biasanya waktu tempuh perjalanan hanya 2 jam.
"Tetapi, ini sampai memakan waktu 3,5 jam hingga 4 jam. Belum lagi, kami harus berputar dan menghindari wilayah-wilayah yang dipakai Saudi untuk menyerang Yaman," papar Putu.
Sementara, mengenai masalah izin wilayah udara ke Yaman, TNI AU harus tetap meminta izin ke Saudi. Sebab, Saudi lah yang menguasai wilayah udara Yaman.
Baca Juga :
Salat Idul Adha Dibom, Puluhan Tewas
"Jika memang kita mengangganggu pergerakan mereka, kita akan diarahkan, bahkan akan dipaksa untuk mendarat di landasan yang memungkinkan untuk mendarat," ujarnya.
Dia menyebut memang pernah mengalami kesulitan, salah satunya ketika diberi informasi tidak boleh terbang pada Sabtu pekan lalu. Padahal, izin terbang sudah diberikan pada jam 2 hingga 3 pagi waktu setempat. Namun, saat akan berangkat, tiba-tiba tidak diberi izin.
"Saat itu, rupanya sedang dilakukan penyerangan dari udara pukul 10.00 dan mereka menyasar pelabuhan-pelabuhan," papar Putu.
Namun, kini tugasnya tuntas, karena berhasil membawa pulang 91 WNI dari Oman menuju ke Tanah Air dengan selamat. Perjalanan itu dia tempuh dalam waktu sembilan jam.
![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
(ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Jika memang kita mengangganggu pergerakan mereka, kita akan diarahkan, bahkan akan dipaksa untuk mendarat di landasan yang memungkinkan untuk mendarat," ujarnya.