Kampus Australia Abadikan Nama Gembong Bali 9 untuk Beasiswa

Warga Australia Andrew Chan dan Myuran Sukumaran saat masih berada di Bali.
Sumber :
  • REUTERS/Murdani Usman/Files
VIVA.co.id
Ibu Mendiang Bali Nine: Pak Jokowi, Anda Begitu Kejam
- Publik di Australia tunjukkan reaksi beragam atas eksekusi mati dua warga mereka, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, beberapa hari lalu di Indonesia. Usai foto Presiden Joko Widodo diturunkan di Galeri Nasional Foto (NPG) karena khawatir akan dirusak oleh pengunjung, kini suatu universitas di Australia berencana mengabadikan nama Chan dan Sukumaran untuk suatu program beasiswa.

Indonesia Jamin Tak Ada Hukuman Mati untuk Jessica

Harian Australia,
Datang ke San Fransisco, Jokowi Disambut Unjuk Rasa
The Age , Jumat, 1 Mei 2015 melansir, kedua beasiswa itu diperuntukkan khusus bagi mahasiwa Indonesia yang ingin menuntut ilmu di kampus mereka. Beasiswa mencakup keseluruhan biaya kuliah bagi calon mahasiswa yang ingin menuntut ilmu selama 4 tahun.

Namun, sebagai syaratnya, pelamar beasiswa itu harus menulis sebuah tulisan essay mengenai kesucian hidup seorang manusia. Menurut Wakil Dekan di kampus tersebut, Greg Craven, beasiswa itu akan didedikasikan secara khusus kepada dua gembong narkoba yang disebut-sebut telah melakukan perubahan, memberi keberanian dan martabat.


"Dalam bentuak yang kecil tetapi simbolis, essay yang ditulis oleh mahasiswa Indonesia mengenai kesucian hidup akan menjadi kontribusi berkelanjutan untuk pada akhirnya hukuman mati dihapuskan dari sistem hukum di Indonesia," kata Craven.


Dia menambahkan, sudah sejak lama institusi tempatnya bekerja menyerukan agar Chan dan Sukumaran diberikan pengampunan oleh Pemerintah Indonesia. Tetapi, permohonan itu pada akhirnya ditolak.


"Kendati permohonan kami ditolak, kami tetap yakin ada masih ada harapan bagi terpidana di seluruh dunia yang menghadapi situasi serupa," imbuh Craven dan dikutip laman
Dailymail
.


Menurut Craven, hukuman mati merupakan sebuah tindak kekerasan, kejam dan tidak berperikemanusiaan.


"Paling tidak dengan adanya memori mengenai Chan dan Sukumaran, masing-masing dari kita bisa mengakhiri hukuman tersebut," ujarnya.




Langkah Tak Biasa


Menanggapi kebijakan kampus tersebut, Perdana Menteri Tony Abbott berpendapat apa yang mereka lakukan merupakan sesuatu yang tak biasa. Pesan yang coba dikirimkan oleh universitas, ujar Abbott, benar-benar aneh.


"Saya benar-benar menyesalkan apa yang terjadi pada pekan ini, karena meninggalkan bayangan yang dalam terhadap hubungan baik kedua negara. Jika saya bisa mengatakan demikian, ini merupakan langkah aneh yang ditempuh oleh sebuah universitas," kata Abbott kepada stasion radio 2GB.


Dia mengaku tidak memahami mengapa universitas tersebut melakukan tindakan demikian. Terlebih, sebagai institusi pendidikan, mereka seharusnya membela nilai-nilai terbaik.


"Saya tahu sebagian dari nilai-nilai Kristiani adalah pemaafan, tetapi bagian lain dari keyakinan tersebut yaitu menyerukan publik untuk menjadi diri mereka yang terbaik," kata pemimpin Partai Liberal tersebut.


Pemikiran serupa juga diungkap oleh pengamat hubungan kedua negara, Ross Taylor. Sebab, dalam perspektif warga Indonesia eksekusi terhadap dua gembong narkoba itu dipandang dengan cara yang berbeda dengan apa yang ditulis di Negeri Kanguru.


"Saya pikir konsep yang kini tengah bergulir di Indonesia dan tawaran beasiswa semacam ini di Indonesia -- menggunakan nama dua penyelundup narkoba yang kemudian dieksekusi -- menurut saya benar-benar aneh," kata Taylor seperti dikutip stasiun berita
ABC
. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya