Sumber :
- REUTERS/Stringer
VIVA.co.id
- Pelaksanaan eksekusi 8 terpidana mati pada Rabu 29 April dini hari lalu membuat napi asal Inggris, Lindsay Sandiford, kian bergidik. Dia khawatir akan dimasukkan oleh Kejaksaan Agung untuk dieksekusi di gelombang selanjutnya.
Laman
Mirror
, Rabu, 6 Mei 2015, melansir, Sandiford kemudian menulis surat kepada dua pesohor asal Australia dan Inggris, Russel Brand dan Richard Branson. Dalam suratnya, nenek usia 58 tahun itu meminta agar dia didukung saat akan mengajukan banding.
Alasan Sandiford meminta dukungan kepada Branson dan Brand karena mereka lantang menyuarakan pengampunan bagi terpidana mati asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Sandiford yang kini tengah berada di Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Denpasar, mengaku kenal dengan Chan sebelum dia dieksekusi.
Menurut
Mirror
, dia menjadi terpidana mati terakhir yang masih menghuni Lapas Kerobokan. Sementara, terpidana mati lainnya telah dieksekusi pekan lalu.
Dalam suratnya, Sandiford menulis:
"Tuan Brand, Anda telah berbicara begitu fasih dan menggetarkan mengenai nasib teman yang saya sayangi, Andrew. Saya betul-betul sedih usai dia tiada, sebab kehadirannya benar-benar membantu melalui waktu sulit ini. Khususnya ketika kali pertama saya dijatuhi vonis mati"
.
Oleh sebab itu, Sandiford melanjutkan, dia ingin meminta dukungan keduanya dan mendorong agar pengajuan banding terhadap kasusnya bisa berlangsung adil.
"Situasi saya begitu mendesak dan darurat. Sehingga jika kalian bisa menunjukkan kepada dunia mengenai kasus yang tengah saya alami, maka itu akan menjadi bantuan terberat dan menenangkan bagi saya," kata Sandiford.
Baca Juga :
Johan Budi Harusnya Tanggapi Laporan Haris Azhar
Nenek asal Cheltenham di Gloucestershire pada Januari 2013 lalu karena menyelundupkan kokain senilai 1,6 juta Poundsterling atau setara Rp30 miliar dari Thailand ke Bali. Dia berdalih rela menjadi kurir barang haram itu karena keselamatan nyawa anaknya terancam. Namun, ancaman itu hingga kini sulit dibuktikan.
Sandiford pernah mengatakan kepada sebuah media nasional di Inggris apa yang akan dilakukannya ketika dieksekusi. "Saya akan melihat mata mereka (regu penembak) dan bernyanyi Magic Moments ketika mereka menembak saya," kata Sandiford.
Dia mengaku kian ketakutan karena Pemerintah Indonesia telah melakukan eksekusi mati terhadap 14 napi dalam waktu satu tahun. "Dan mereka tak akan berhenti hingga kita semua meninggal. Situasinya masih fluktuatif, oleh sebab itu saya harus membuat persiapannya dari sekarang," imbuh dia.
Halaman Selanjutnya
Sandiford pernah mengatakan kepada sebuah media nasional di Inggris apa yang akan dilakukannya ketika dieksekusi. "Saya akan melihat mata mereka (regu penembak) dan bernyanyi Magic Moments ketika mereka menembak saya," kata Sandiford.