Sumber :
- Street Child
VIVA.co.id
- Ada belasan ribu anak-anak yang menjadi yatim piatu, setelah ayah dan ibu mereka meninggal karena ebola. Sebagian telah bunuh diri karena putus asa, sisanya sekarat karena kelaparan.
Kondisi lebih buruk diterima anak-anak perempuan, yang dipaksa masuk dalam industri seks, demi memperoleh makan. Setahun berlalu setelah terjadinya endemik ebola di Afrika, masyarakat dunia seakan telah meninggalkan mereka.
Baca Juga :
Ganas, Indonesia Hajar Inggris 5-0 di Thomas Cup
Baca Juga :
Martin Juara, Sprint Race MotoGP Spanyol Diwarnai Banyak Kecelakaan Termasuk Marquez & Bagnaia
"Banyak komunitas di pedesaan yang pernah dikarantina karena ebola, kehilangan panen dan kini sangat menderita karena kelaparan," kata pemimpin tim peneliti, John Pryor.
Wilayah Afrika yang terkenal miskin, sudah dalam situasi memprihatinkan. Dapat dibayangkan, seperti apa kondisi buruk yang harus dialami anak-anak yatim piatu, sebagai kelompok yang paling rentan.
Anak-anak yang sebagian besar masih berusia di bawah 10 tahun itu kehilangan orangtua dan saudara. Sementara itu, masyarakat di sekitar mereka, kerabat keluarga sekalipun, menolak mereka karena stigma negatif ebola.
Pada pernyataan bersama, Tom Dannat dan Kelfa Kargbo dari Street Child, mendesak organisasi-organisasi kemanusiaan besar di Sierra Leone, agar segera bertindak. "Kami memohon pada para donor, besar atau kecil," kata mereka.
Saat ebola merebak sepanjang 2014, tidak banyak negara yang memberikan perhatian, menghadirkan fakta menakutkan tentang berapa besar kemungkinan, dunia akan memperhatikan anak-anak yatim piatu itu.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Banyak komunitas di pedesaan yang pernah dikarantina karena ebola, kehilangan panen dan kini sangat menderita karena kelaparan," kata pemimpin tim peneliti, John Pryor.