Presiden Rusia: AS Satu-satunya Negara Adidaya

Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Sumber :
  • REUTERS/Sergei Karpukhin

VIVA.co.id – Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kalau Amerika Serikat merupakan satu-satunya negara adidaya di dunia.

Demi Lolos Tes Narkoba, Wanita di AS Kirim Urine Anjing Peliharaan

"Mereka (AS) adalah negara dengan kekuatan besar. Mungkin, satu-satunya negara adidaya, dan kami menerima status itu. Kami juga ingin dan siap bekerja sama dengan Amerika Serikat," kata Putin, di St Petersburg International Economic Forum, melansir situs The Guardian, Minggu, 19 Juni 2016.

Ketika disinggung mengenai sanksi AS-Uni Eropa atas Rusia karena aksi militer negeri Beruang Putih di Ukraina, Putin berujar, kalau dunia membutuhkan negara yang kuat seperti AS. Namun, ia melanjutkan, Rusia tidak terus-menerus membutuhkan Paman Sam dalam setiap hal.

Gara-gara Foto Pangkalan Angkatan Laut AS, Pria Tiongkok Ditahan

"Meski sebagai negara adidaya, kami tidak selalu membutuhkan mereka (AS) untuk terlibat dalam setiap urusan kami. AS juga tidak berhak mengatur bagaimana cara kita hidup dan mencegah Eropa untuk membangun 'hubungan baik' dengan kami," ungkapnya.

Pada Jumat lalu, Putin menegaskan bahwa Rusia tidak akan mencampuri urusan negara lain, dan Kremlin akan senang untuk bekerja dengan siapa pun presiden yang kelak memimpin AS. "Kita perlu membawa kembali kepercayaan hubungan dan kerja sama Rusia dan Eropa," ujar Putin.

Pria Berjanggut Merampok Bank, Sebar Uang, dan Teriak 'Selamat Natal'

Sebelumnya, Rusia akan merespons masuknya gugus tempur Angkatan Laut Amerika Serikat di Laut Hitam. Andrei Kelin, pejabat senior Kemenlu Rusia, mengatakan langkah tersebut merupakan upaya yang dirancang untuk meningkatkan ketegangan jelang pertemuan puncak NATO.

Menurut laporan bahwa USS Porter, kapal perusak AL AS, memasuki Laut Hitam beberapa hari lalu melalui sebuah pengerahan. Langkah tersebut "menggusarkan" Moskow karena kapal tersebut telah dilengkapi dengan sistem rudal baru.

Langkah ini sebagai usaha Washington untuk menyeimbangkan kekuatan militer Rusia yang tengah bangkit. "Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan persetujuan kami dan tidak diragukan lagi kami akan mengeluarkan tindakan respons," kata Kelin. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya