Beda Agama, Jasa Laundry di Malaysia Tolak Non-Muslim

Ilustrasi mesin cuci
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Sebuah jasa cuci swalayan di Malaysia menuai kecaman setelah menerapkan kebijakan yang melarang orang-orang beragama non-Muslim untuk menggunakan jasanya.

Enam Pria Malaysia Dipenjara Sebulan karena Tidak Salat Jumat

Dalam sebuah pengumuman yang beredar di media sosial, jasa cuci yang terletak di Muar, Johor itu menuliskan, "Karena faktor kesucian, tempat ini hanya menerima pelanggan Muslim. Kami mohon maaf menyebabkan ketidaknyamanan".

Meskipun hanya sebuah contoh intoleransi kecil, kasus ini telah kembali memunculkan debat publik mengenai meningkatnya konservatisme agama di kalangan mayoritas Muslim Melayu.

Cari hingga Bayar Laundry Kini Bisa Lewat Aplikasi

Hal ini juga menarik kritik keras dari banyak komunitas minoritas China dan India di Malaysia, yang mewakili sekitar 22,6 dan 6,6 persen dari populasi. Sebagian besar dari mereka juga beragama Kristen, Hindu, dan Buddha.

"Jika pemerintah secara serius ingin mempersatukan semua orang dengan slogan 1Malaysia, mereka harus memiliki peraturan yang membatasi siapa pun memasang iklan, terkait pembatasan agama dan ras," tulis seorang warganet.

Kasus Korupsi Puluhan Triliun 1MDB Lanjut, Najib Razak Terkejut

Pemilik binatu, bagaimana pun mengatakan bahwa dia tidak bermaksud rasis dan masih banyak tempat cuci pakaian di sekitar yang tersedia untuk pelanggan non-Muslim di dekatnya. "Kami menghormati agama lain, tapi memastikan bahwa kebersihan adalah sebuah syarat dalam Islam," katanya, sebagaimana dilansir Asian Correspondent, Selasa, 26 September 2017.

Salah satu kelompok Muslim moderat, SIS, mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa mereka kecewa dengan tindakan tersebut, yang menurutnya, berpotensi menimbulkan perpecahan, yang selanjutnya akan mengisolasi komunitas multirasial dan multiagama satu sama lain.

'Islam adalah agama keadilan dan menghargai martabat manusia. Islam pada masa kemajuan dan kepemimpinan selalu berdampingan dengan orang-orang dari agama dan cara hidup lainnya," demikian pernyataan SIS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya