Pengakuan Tiga Warga Depok Terjangkit Covid-19 hingga Sembuh

VIVA – Tiga warga Depok, Jawa Barat yang sempat dinyatakan positif virus Corona, Covid-19, akhirnya berhasil pulih dalam waktu singkat. Ketiganya telah sehat dan kembali ke rumahnya, usai menjalani perawatan di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Lalu seperti apa kronologi ibu dan kedua anaknya itu bisa terkena virus mematikan ini?

Berikut penuturan Sita Tyasutami, Maria Darmaningsih dan Ratri Anindyajati kepada awak media yang menyambanginya, Kamis, 19 Maret 2020.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

“Iya jadi kalau aku itu dari tanggal 17 Februari, mungkin yang penting itu gejala-gejalanya dulu ya yang aku infoin biar masyarakat luas tahu,”  kata Sita, adik Ratri mengawali percakapannya dengan suasana santai di pelataran teras rumah sang ibu, Maria.

Ia mengaku, gejala itu dimulai dengan batuk dan demam tinggi, kemudian  keringat berlebih. “Aku keringetan juga sampai aku tuh harus ganti baju sampai tiga kali dalam sehari, kadang juga keringet dingin," ujarnya.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Dia mengalami batuk dan demam sampai  26 Februari 2020. “Dari 16 ke tanggal 26 itu aku sudah ke dokter dua kali. Pertama ke klinik dikasih antibiotik, setelah itu engak kunjung sembuh dan ke UGD tes darah katanya aku ada infeksi, dikasih obat tapi masih enggak sembuh,” katanya.

Sampai akhirnya, Sita mendatangi Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok untuk yang pertama kali pada 27 Februari 2020. “Itu hasil rontgen saya katanya ada flek di paru-paru. Akhirnya dirawat pada tanggal 27 itu, bersamaan dengan ibu (Maria). Ibu di rontgen juga, ya kalau aku di rontgen dan tes darah karena batuknya enggak berhenti henti," ujar Sita.

Pasien 01, 02 dan 03 dinyatakan sembuh dari virus corona.

Kala itu, Sita mengatakan ibunya didiagnosa mengalami tifus, sedangkan dia bronkitis. “Nah kenapa akhirnya kami ngotot untuk tes Covid 19, itu karena gejalanya ya dan lebih takut akan kondisi kesehatan ibu. Yang kami tahu itu kalau umur aku prima dan imunnya kuat bisa gampang sembuh. Tapi ibu usianya sudah 64 dan usianya rentan,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Jadi saat itu aku minta dokternya bisa enggak tes Covid 19, kata dokternya itu prosedurnya panjang dan enggak bisa asal ya, karena berhubungan keadaan nasional."

“Barulah, pada Jumat itu kebetulan itu ada WNA (warga negara asing) dan kisruh itu ya dan saya juga tahu kalau saya ada di tempat yang sama dengan seseorang yang confirm positif corona, akhirnya saya minta untuk dites lagi dan langsung diiyakan,” katanya lagi.

Saat itu akhirnya Sita menjelaskan bahwa dirinya ada history pernah kontak satu ruangan meskipun ia tidak kenal WNA tersebut. “Wajahnya pun enggak tahu, tapi karena satu ruangan akhirnya mulai diproses hari Sabtu, dan kami dibawa ke RSPI Sulianti Saroso itu hari Minggu jam dua pagi," ujarnya.

Tak jauh berbeda dengan anaknya, Maria mengaku kalau dirinya mulai mengalami gejala pada 16 Februari 2020. Saat itu tiba-tiba ia merasa lemas. Maria mengira itu hanya pegal biasa dan ia mencoba minum paracetamol. “Waktu itu pas periksa di dokter katanya enggak apa-apa. Tiba-tiba Jumat tanggal 21 Februari itu sore-sore ini kenapa tulang, saya sakit banget,” ujarnya

Pekerja rumah sakit menggunakan masker di RSPI Sulianti Saroso Jakarta

Esok harinya, Sabtu, 22 Februari 2020, Maria ada pentas. "Saya tetap paksakan. Minggunya juga saya pentas. Setelah pentas itu hari Senin saya masih panas. Itu saya masih kuat ya, malah Sita yang lemes banget. Terus dibilang saya tipes ya harus dirawat," ujarnya.

Wanita yang berperofesi sebagai dosen tari di salah satu perguruan tinggi terkemuka ini mengatakan, selain kedua anaknya yang ngotot untuk memaksanya berobat, ia juga didesak oleh sang kakak yang tinggal di Austria. Mereka curiga jika Maria terkena Covid-19.

“Kakak aku yang di Austria itu mendesak aku untuk tes Covid-19. Saya masih pikir ah masa sih. Sampai akhirnya aku naik ambulans dibawa ke RSPI sampai kaya, aduh gila deh ini hidup ku bakal kaya apa,” ujarnya.

Sesampainya di sana pada Minggu pagi, ketiganya diisolasi di ruang masing-masing. “Mungkin saya memang sakit tapi daya tahan tubuh sudah naik," ujarnya.

Terbang ke New York

Sementara si sulung Ratri Anindyajati mengatakan, dia sempat berada di luar negeri lantaran urusan pekerjaan. Ratri dan keluarganya dikenal penari yang cukup terkenal. “Saya kan sebenernya enggak tinggal disini, pekerjaan saya membawa saya touring dan ikut konferensi internasional. Nah kebetulan awal Januari, saya dua minggu ikut konferensi internasional di  New York,” katanya.

Kala itu Ratri mengaku, tiga hari terakhir dirinya sempat merasakan demam sampai 39 derajat dan akhirnya dibawa ke dokter. “Terus saya bilang, saya mau terbang ke Wina Austria karena saya akan melanjutkan hidup di sana. Terus dokter bilang enggak apa-apa, demam saya akan turun, dan memang benar demam saya turun," ujarnya.

Tiga warga Depok yang telah sembuh dari virus Corona, Covid-19.

Ketika naik pesawat pun tak terjadi gejala yang mengkhawatirkan. “Sampai di Wina saya cek ke dokter saya, dan dia bilang saya radang tenggorokan, saya dikasih antibiotik dan saya pun sembuh total," ujarnya.

Sebulan kemudian Ratri terbang ke Jakarta. Dia tiba pada 13 Februari 2020. Dua hari kemudian, pada 15 Februari 2020 ia bertemu dengan sang adik, Sita.

“Tanggal 16-nya saya tiba-tiba drop, lemes banget harus tidur, barengan nih sama Sita bahkan duduk aja males sampe tiduran. Saya enggak meriang sih, hanya merasa anget aja sedikit,” ujarnya.

Ketika itu Ratri berujar pada dirinya, ia ingin berada di Indonesia liburan, tanpa harus sakit. “Tapi ya saya cek ke dokter, katanya masih ada radangnya, tapi panas saya maksimal 37,5 ya. Yang saya rasa badan lemas itu," kata Ratri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya