Diserbu Apartemen, Depok Punya Banyak Masalah Baru

Warga Depok menggeruduk pembangunan Apartemen Terrace Suites
Sumber :
  • Zahrul Darmawan/ Depok

VIVA.co.id - Setelah sempat didesak anggota DPRD untuk menghentikan perizinan bangunan apartemen yang kian menjamur di Kota Depok, Kepala Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kota Depok, Kania Parwanti akhirnya angkat bicara.

Kania berdalih, apartemen adalah salah satu bangunan yang memang disarankan karena desainnya yang vertikal. Apartemen dinilai ampuh untuk mengatasi keterbatasan lahan pemukiman di tengah lonjakan penduduk. Hal ini ia ketahui saat pihaknya bersama Badan Legislatif DPRD Depok datang ke Kementerian Pekerjaan Umum beberapa waktu lalu.

"Karena lahan merupakan aset yang terbatas dan diperlukan untuk pemukiman. Jadi solusinya justru dengan bangunan vertikal," kata Kania, baru-baru ini.
 
Dia berpendapat, yang diperlukan sebenarnya bukanlah menghentikan menjamurnya apartemen di Kota Depok. Tetapi, menurutnya, yang penting adalah penanggulangan dampak yang ditimbulkan.
 
"Yang terpenting penanggulangan dampaknya ada dalam dokumen Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) di perizinan yang diberikan. Jika itu dilakukan maka saya rasa tidak akan ada masalah," ujar Kania.

Menguak Praktik Percaloan Sekolah Negeri di Depok



Pernyataan Kania ini pun menuai kritik pedas anggota DPRD Depok, Komisi C, Babai Suhaimi. Babai justru menilai, pembangunan apartemen yang ada saat ini tidak diimbangi dengan infrastruktur yang memadai.

"APBD kita yang hanya berkisar Rp2 triliun tidak mencukupi untuk infrastruktur. Kita belum bisa mempersiapkan kenyaman penghuni apartemen, seperti unit pemadam kebakaran khusus untuk menangani gedung berlantai tinggi ditambah, saluran PDAM kita belum memadai," kata Babai.

Tak hanya itu, Babai juga mencontohkan, belum lagi kasus pengambilan air tanah, seperti yang sempat terjadi pada apartemen Margonda Residence.

"Sumur serapan atau sumur air tanah ada dalam kategori titik rawan. Sekarang ini lebih dari 10 bangunan apartemen menjamur dan memusat di Jalan Margonda. Pertanyaan lain, apakah lebar jalannya cukup? Bayangkan saya, jika satu apartemen diisi 1.000 kamar maka taruhlah ada 500 mobil di sana, lalu kalikan dengan lebih dari 10 tower," ujar Babai.

"Nah kalau semua ini keluar dan masuk bersamaan apakah tidak macet? Sekarang saja Margonda sudah crowded. Kita ambil contoh apartemen Kalibata saja. Akan terjadi macet ketika penghuninya beraktivitas karena tidak diimbangi dengan lebar jalan," kata Babai.

Belum sampai di situ, melirik ke arah Selatan Depok, tepatnya di kawasan Limo dan Cinere juga saat ini menjadi sasaran empuk pembangunan apartemen. Beberapa di antaranya bahkan belum dilengkapi izin namun sudah launcing.

"Perempatan Gandul dibangun dua tower, enggak jauh dari sana akan ada dua tower dan belum ada izin mereka sudah launcing. Belum lagi di Cinere akan terbangun sebanyak enam tower," ujar Babai.

Putri Indonesia Khawatir Narkoba Sudah Incar Bocah SD

"Jika yang dikatakan Bu Kania apartemen adalah solusi untuk mengurangi lahan? Apa kabarnya rumah susun kita yang ada di Tapos? Itu saja sudah terbengkalai. Apartemen tidak efektif, karena penghuninya sebagian besar tentu bukan orang Depok. Dan memang se urgent apa sih lahan di kota ini?," ujar Babai.

Baca juga:

Kronologi Wanita Pedagang Sayur Dilempar Perampok

Ilustrasi.

Kali Ciliwung Depok Heboh Lagi Temuan Mayat

Penemuan mayat terjadi di Cimanggis.

img_title
VIVA.co.id
6 Agustus 2016