Pesan Terakhir Ariani Ungkap Misteri Perampokan Sadis

Korban kebakaran pasar minggu
Sumber :
  • VIVA.co.id/Irwandi Arsyad
VIVA.co.id
Warga Mengamuk Lihat Pembakar PRT
- Hanya dalam hitungan jam, tim reserse Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya menangkap pelaku kejahatan paling sadis yang terjadi sepanjang pertengahan tahun 2015 ini.

Dede Peragakan Bunuh dan Bakar PRT di Pasar Minggu

Yakni, aksi perampokan disertai penyekapan, penganiayaan, pembunuhan dan yang terakhir adalah pembakaran korban beserta lokasi kejahatan.
Pembakar Ariani Gasak 20 Gepok uang Dolar untuk Bayar Utang


Semua kisah kejahatan yang dilakoni Dedi Hariyan terbongkar berawal dari peristiwa kebakaran rumah mewah di Jalan Siaga I, RT 1/5, Kelurahan Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Rabu 24 Juni 2015.

Saat itu, tak ada yang menyangka, kebakaran itu adalah upaya seorang perampok sadis untuk menghilangkan jejak kejahatannya.

Namun, semuanya baru terkuak setelah petugas pemadam kebakaran yang tiba untuk memadamkan api menemukan seorang wanita bernama Ariani dalam kondisi kritis di dalam kepungan api di dapur rumah.

Ariani ditemukan dalam kondisi tubuh mengenaskan, sebagain tubuhnya sudah terbakar, kedua tanganya terikat dan mulut tersumpal serta darah yang terus mengalir di sekujur tubuhnya.


Dalam kondisi sekarat, petugas melarikan gadis yang baru bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah mewah itu ke Rumah Sakit Husni Thamrin.


Tapi, nyawa Ariani tak bisa terselamatkan, ia akhirnya menghembuskan nafas terakhir dalam penanganan tim medis.


Selanjutnya... Pesan Terakhir Ariani...




Pesan Terakhir Ariani


Polisi tak mau kalah cepat, mereka langsung membentuk tim khusus untuk membongkar kejahatan yang baru pertama kali terjadi di Ibu Kota itu.


Sejumlah saksi diperiksa, dan lokasi kebakaran pun disisir untuk mencari barang bukti yang dapat mengantar polisi ke pelaku pembakaran dan pembunuhan Ariani.


Akhirnya, sebuah petunjuk muncul juga di akhir-akhir menjelang masa sulit penyelidikan dimulai.


Ternyata, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, dalam kondisi kritis Arini menyebutkan sebuah nama.. Yakni, Dedi Heriyan alias Iyan alias Riyan.


Sebelum tewas Ariani sempat berbicara dengan seorang perawat. Ia menyebut nama pembunuhnya, yakni Dedi Hariyan yang dulunya pernah bekerja jadi penjaga di rumah kos dekat rumah tempat Aryani bekerja," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti kepada wartawan, di Mapolda Metro Jaya. Kamis 25 Juni 2015.


Pesan terakhir Ariani itu menjadi kunci utama menguak tabir kejahatan sadis itu, polisi pun melakukan perburuan dengan target, pria berusia 28 tahun yang namanya disebutkan Ariani.


Dari situlah Polisi menelusuri Dedi dan akhirnya diringkus di rumah saudaranya pada Kamis 25 Juni 2015 dinihari pukul 02.45 WIB.


Dari tangan Dedi, Polisi mendapati barang bukti berupa uang sekitar sebanyak 210.000 dollar Amerika atau setara dengan Rp 3 Milliar. Selain itu, polisi juga mendapati barang bukti berupa tujuh HP, dua gelang, satu bros, tiga dompet, sebuah kamera dan sebuah tablet. Seluruh barang itu adalah milik majikan pembantu yang diambil pelaku di kamar tidur sang majikan, Yovita.


Selanjutnya... Ditusuk 16 Kali, Diikat dan Dibakar Hidup-hidup...




Ditusuk 16 Kali, Diikat dan Dibakar Hidup-hidup


Rupanya, Riyan memang sudah merencanakan perampokan itu. Dia membawa pisau dari rumah dan tas untuk menampung barang rampokan.


Tersangka tiba di rumah mewah itu, tapi kali ini berbeda, ia langsung menarik Ariani ke tangga di lantai dasar rumah dan menyeret korban menuju kamar anak majikan, yakni Angga dan Dira. Tapi kedua anak itu tak ada. Kamarnya kosong.


Setelah itu, pelaku meminta kunci kamar majikan. Tapi, Ariani menolak dan berteriak. Riyan kemudian menusuk perut korban sebanyak 16 kali, lalu mengikat korban dengan sarung kain sebanyak dua lilitan. Setelah itu korban digeletakkan di lantai.


Selanjutnya pelaku mencari kampak kecil, lalu menghancurkan bagian kunci pintu kamar majikan, kemudian mendobraknya dengan bahunya. Di dalam kamar itulah Ia kemudian mengambil 7 ponsel, dua gelang emas, satu bros emas, IPAD, dompet, serta uang Dollar Amerika sebanyak 210.000 atau Rp 3 milliar. Uang dollar itu disimpan dalam sebuah koper di kamar.


"Tersangka memindahkan semua barang itu ke dalam tas yang ia bawa," kata Krishna.


Selanjutnya, kata Krishna, pelaku tak lekas membakar rumah itu. Tapi, dia keluar dari rumah dan pergi ke rumah kos tempat ia dulu pernah bekerja yang ada di dekat rumah tersebut.


Di rumah kos itulah pelaku menyimpan barang rampokannya. Pelaku yang kini bekerja sebagai petugas keamanan di Lebak Bulus itu menyimpan barang rampokannya di parkiran motor rumah kos. "Beberapa penghuni kos juga sempat bertemu sama dia (pelaku)," kata Krishna.


Usai meletakkan barang hasil rampokan, pelaku pergi membeli dua liter bensin di dekat lokasi kejadian lalu juga membeli korek gas. Barulah, kata Krishna, pelaku kembali masuk ke rumah korban.


Dia menyiram bensin di seluruh kamar rumah, lalu membakarnya. Pembantu yang terkapar sekarat pun Ia biarkan tetap di dalam rumah (pembantu akhirnya tewas di rumah sakit). "Pengakuannya dia membakar rumah untuk menghilangkan jejak," tutur Krishna.



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya