- Istimewa
VIVA – Puisi kontroversial yang dibacakan putri Presiden pertama RI Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri, dinilai akan memberi efek yang lebih parah ketimbang kasus penodaan agama yang dilakukan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Kasus ini dampaknya bisa lebih besar dari kasus penodaan agama yang dilakukan oleh Ahok," ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta di Jakarta, Selasa, 3 April 2018.
Sebab, puisi itu baru mencuat beberapa hari lalu. Sementara kasus penodaan agama yang dilakukan Ahok, pada 1,5 tahun lalu saja hingga saat ini masih dirasa membekas dalam ingatan umat Islam.
Menurut Anis yang memiliki niat maju di Pilpres 2019, sikap sejenis fobia yang ditunjukkan sejumlah kalangan seperti Sukma dan Ahok, adalah bentuk kekhawatiran akan bangkitnya umat Islam di ranah politik.
Anis mengaku khawatir jika sikap fobia itu meluas sehingga bisa menimbulkan perpecahan. "Banyak yang berpikir seperti Sukma dan Ahok, namun ada yang terucapkan, ada yang tidak," ujar Anis.
Menurut Anis, puisi biasanya berisi perasaan seseorang yang terpendam. Sementara, pembacaannya, seperti yang dilakukan Sukma di acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018, Rabu, 28 Maret 2018, adalah bentuk luapan perasaan itu kepada publik. "Pembacaan puisi tidak bisa disebut sebagai keseleo lidah," ujar Anis.
Anis mewanti-wanti sikap Sukma yang tidak sensitif terhadap umat Islam, bisa menimbulkan gelombang protes besar seperti Aksi Bela Islam di pengujung 2017 lalu. "Mengapa tokoh sekelas Sukma tidak peka dengan soal yang sangat sensitif, dan bahkan terkesan menantang umat Islam," ujar Anis.