Bikin Ricuh Saat Debat Pilgub Jabar, Ini Kata Sudrajat

Cagub dan Cawagub Jawa Barat, Sudrajat (kiri) - Ahmad Syaikhu (kanan)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Novrian Arbi

VIVA – Debat publik yang diikuti empat pasangan calon atau Paslon Pilgub Jabar di Balairung Universitas Indonesia Depok, berakhir ricuh, Senin malam, 14 Mei 2018. Sejumlah massa pendukung, nyaris adu jotos di dalam ruangan tersebut.

Survei di Atas 50 Persen, Elite Golkar Dorong Ridwan Kamil Maju Pilgub Jabar Ketimbang Jakarta

Kericuhan terjadi, ketika Paslon nomor urut tiga, Sudrajat dan Ahmad Syaikhu atau yang disebut Asyik ini pada closing statement-nya memperlihatkan kaos berlatar putih bertuliskan ‘2018 Asyik Menang (warna biru), 2019 ganti presiden (warna merah);.

Melihat hal itu, sejumlah simpatisan dan massa pendukung dari Paslon nomor urut dua, Tubagus Hasanuddin dan Anton Charliyan naik pitam. Mereka meneriaki kubu Asyik dan sempat berupaya mendekat. Beruntung, hal itu dapat dicegah aparat.

Pencalonan Pilgub Jabar, Dedi Mulyadi: Jangankan Maju, Mundur Saja Siap

Menanggapi hal itu, Sudrajat menuturkan bahwa yang dilakukannya adalah wujud kebebasan berekspresi.

"Jadi, kita juga harus belajar semuanya bahwa ini adalah suatu kebebasan mengekspresikan," katanya.

Kata Dedi Mulyadi soal Maju Pilgub Jabar, Jadi Ketua RT pun Siap!

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat menyatakan ganti presiden jika lolos Pilgub 2018.

Paslon yang didukung PKS-Partai Gerindra ini menilai, kaus yang ditunjukkannya itu sama seperti pakaian yang biasa di jual dipinggir jalan. Maka, tindakan yang dilakukannya adalah hal yang wajar.

"Itu sama aja dengan kaus - kaus yang ada di jalan (dijual). Jadi, itu adalah suatu yang wajar di era demokrasi. Kita tahu, semuanya kita harus berkepala dingin dan jangan terpancing bahwa ini adalah demokrasi," katanya.

Sudrajat menambahkan, masyarakat perlu diberikan pembelajaran mengenai demokrasi. Namun, yang terpenting tidak ada tindakan - tindakan kekerasan atau mempromosikan hal - hal lain.

"Jadi, dalam demokrasi apapun terjadi. Buktikan, kalau pemimpin baik, ya dipertahankan. Tetapi, kalau pemimpin tidak baik, demokrasi akan bergerak sendiri. Jadi, ini adalah ujian dari Republik Indonesia."

Di sisi lain, masa pendukung Hasanah yang tak terima dengan tindakan tersebut mengancam bakal melaporkan kasus ini ke Panwaslu. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya