Logo BBC

Pasca Teror di Surabaya, Antara Kewaspadaan dan Kecurigaan

Setelah insiden teror di Surabaya, polisi memperketat pengamanan di sejumlah wilayah vital. - ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Setelah insiden teror di Surabaya, polisi memperketat pengamanan di sejumlah wilayah vital. - ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Sumber :
  • bbc

Namun demikian, dalam bayang-bayang serangan teror di Surabaya, Agil (43) mengatakan tidak takut dicurigai karena sering memakai celana cingkrang, peci, dan memanjangkan janggut.

"Kita sudah tahu risikonya... Masuk mal kita kayak gini, kita dilihatin orang, kita udah tahu. Jadi kita enggak takut," kata Agil kepada BBC ketika ditemui di sebuah masjid di kawasan Tanah Abang.

Hal senada diungkapkan Ahmad (45), yang menganggap dirinya hanya menjalankan sunnah (ajaran) Nabi Muhammad. Ia mengaku sering mendapat cibiran karena penampilannya.

"Ya kemungkinan yang tidak senang itu mereka belum paham, belum belajar, belum duduk dalam majelis taklim, baca-baca kitab," ujarnya.

Pengamat terorisme Al Chaidar memperingatkan supaya masyarakat tidak terburu-buru memberikan label radikal berdasarkan penampilan.

"Tidak semua yang pakai cadar atau celana cingkrang itu adalah teroris," kata Al Chaidar kepada BBC News Indonesia.

Ia menambahkan, pelaku serangan bom di Surabaya menganut paham Wahabi Takfiri. Kelompok ini merasa berlebih-lebihan. "Misalnya untuk masuk surga, mereka tidak cukup untuk kepala keluarganya ... tapi mereka merasa harus bareng-bareng, harus masuk surga sekaligus," jelasnya.