Eks Teroris Beber Bukti Program Deradikalisasi Tak Efektif

Ilustrasi penangkapan teroris
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA – Mantan narapidana teroris, Yudi Zulfachri menilai, program deradikalisasi oleh pemerintah sebenarnya tak efektif, sehingga tetap tidak dapat mencegah penyebaran paham-paham berbahaya, terutama terorisme.

Silaturahmi dan Bukber Dengan Eks Napiter, Polda Jatim Ingin Terus Sinergi Membangun Kedamaian

Menurut Yudi, ketidakefektifan program deradikalisasi itu, karena tidak menyentuh aspek ideologis sebagai objek utama.

Kunci deradikalisasi, katanya, adalah mengubah ideologi kekerasan yang sudah tertanam pada individu-individu. Ideologi itulah yang menjadi dasar pemikiran untuk bertindak radikal, misal aksi terorisme.

Kolaborasi Ditjen Pas dan BNPT Perkuat Pembinaan Napiter

"Ideologi ini kerangka awal; motif, kerangka kerja bagi teroris untuk menentukan target," kata Yudi dalam sebuah forum diskusi di Jakarta pada Sabtu 19 Mei 2018.

Yudi mengaku mengalami sendiri ketidakefektifan program deradikalisasi. Dia bercerita, sebagai lulusan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (sekarang Institut Pemerintahan Dalam Negeri) yang selama empat tahun dididik tentang nilai-nilai kebangsaan, Pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, semestinya menolak ide-ide radikal yang di luar itu.

Kapolri: Pelaku Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Agus Sujatno, Mantan Napi Teroris

Tetapi, Yudi pada akhirnya terpapar radikalisme dan sempat bergabung dengan kelompok teroris, sehingga memutuskan pensiun dini sebagai pegawai negeri sipil. “Kenapa? Karena, ada ideologi lain yang masuk," katanya, berterus terang.

Program deradikalisasi oleh pemerintah, katanya, hanya sampai pada tahap upaya mengubah perilaku dari radikal menjadi tidak radikal. Tetapi, tidak sampai pada tahap mencabut ideologi radikal yang sudah tertanam.

Bahkan, selama ini program deradikalisasi lebih menonjolkan program-program ekonomi dan kemasyarakatan. Misalnya, pelaku diberikan bantuan berupa modal untuk berwirausaha. Baginya, itu sama saja dengan pemerintah berharap mengubah perilaku seseorang dengan mengalihkan kesibukan para penganut paham radikal, alih-alih menghapus ajaran-ajaran kekerasan dari pikiran mereka.

"Di Poso, mereka dikasih bantuan puluhan juta rupiah, lalu terulang lagi. Kalau mengundang seratus orang napi ke hotel, itu hanya pragmatis saja, karena mereka butuh uang, tetapi pemahaman mereka tidak berubah," kata Yudi.

Menurut pria yang pernah dihukum penjara, karena terbukti terlibat kelompok radikal di Aceh, perlu ada profiling atau pemetaan terhadap masing-masing pelaku teror. Itu menjadi modal utama bagi upaya deradikalisasi yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kadar radikalisme.

Bagi pelaku yang sudah memiliki paham moderat, dapat dibantu untuk memiliki kemandirian dalam bidang ekonomi. Tetapi, bagi yang paham radikalnya kuat, perlu dibimbing untuk mengubah ideologi. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya