Pilkada Jatim Memanas, Gus Ipul Disebut Kuliah 18 Tahun

Syaifullah Yusuf alias Gus Ipul
Sumber :
  • Rahmad Noto/Jawa Timur/VIVA

VIVA – Pemilihan Gubernur Jawa Timur segera digelar. Tensi politik di provinsi ujung timur Pulau Jawa itu kian memanas. Saling serang masing-masing pendukung pun makin intensif disuarakan. Lebih dari satu laporan bertuding pelanggaran, baik di Kepolisian maupun Badan Pengawas Pemilihan Umum, masuk.

Gerindra Hanya Rekom Khofifah sebagai Cagub Jatim, Emil Tak Pasti jadi Cawagub

Terbaru ialah aduan Masyarakat Transparansi atau Matra Jawa Timur ke Bawaslu Jatim kemarin. Matra meminta Bawaslu agar memverifikasi ijazah Strata 1 calon Gubernur Jawa Timur nomor urut dua, Saifullah Yusuf alias Gus Ipul. Matra menilai ada kejanggalan pada ijazah S1 Gus Ipul, terutama dilihat dari masa tempuh studinya.

Ketua Matra Jatim, Holili, mengatakan, berdasarkan penelusuran yang ia lakukan, Gus Ipul tercatat masuk sebagai mahasiswa Universitas Nasional di Jakarta pada 1985 dan lulus pada 2003.

Bela Gus Ipul, Panglima Santri NU Sindir Cak Imin: Selesai Hajatan, Lapor PBNU Minta Petunjuk

"Itu artinya Gus Ipul menempuh pendidikan S1 selama 18 tahun," katanya kepada wartawan di kantor Bawaslu.

Ia lantas menyebut regulasi yang ada, yakni UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi dan Keputusan Menteri Pendididkan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.

Cak Imin Sindir Saipul Makelar NU, Gus Ipul: Saya Enggak Paham

"Bila mengacu pada masa pendidikan Syaifullah Yusuf selama 18 tahun, hal itu jelas melanggar regulasi yang ada. Karena itu perlu diteliti ulang keabsahan ijazah tersebut," kata Holili.

Sebelumnya, pasangan calon lawan Gus Ipul, Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak, yang menerima serangan sengit dari pendukung Gus Ipul-Puti Guntur. Isu yang digoreng ialah fatwa fardu ain memilih Khofifah, yang disampaikan pada pertemuan internal Masyaikh se Jatim di Pacet, Kabupaten Mojokerto, 3 Juni 2018, lalu.

Isu fatwa fardu ain jadi bola liar setelah bocor dan keluar dari arena pertemuan. Kasus itu jadi laporan ke Markas Polda Jatim dan Bawaslu karena dinilai mendiskreditkan Gus Ipul. Ada rekaman kalimat 'khianat kepada Allah bila memilih Gus Ipul' diduga muncul dari arena pertemuan masyaikh tersebut.

Setidaknya dua elemen melaporkan soal fatwa, di antaranya elemen Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur atau FK3JT pimpinan Fahrurtozie atau Gus Fahrur. Selama ini, FK3JT cenderung mendukung Gus Ipul-Puti Guntur. "Saya terpaksa melapor setelah permintaan fatwa itu tidak dicabut," kata Gus Fahrur beberapa waktu lalu.

Seberapa besar pengaruh serangan itu pada suara masing-masing paslon? Tidak begitu signifikan pengaruhnya, Direktur Surabaya Survei Center atau SSC, Mochtar W Oetomo, berpendapat. "Pengaruhnya tidak signifikan, tidak besar," katanya pada Sabtu, 23 Juni 2018.

Mochtar mengatakan, Pilkada cukup kompleks untuk diamati dan tidak bisa dilihat dari kasus per kasus. Pilgub Jatim juga berjalan lama tidak serta merta pemungutan suara. Menurutnya, masing-masing calon telah mempersiapkan diri dan membangun jaringan suara sejak lama. "Pada akhirnya akan kembali pada figur calon," kata dosen Universitas Trunojoyo itu. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya