Jenazah NH Dini Bakal Dikremasi di Ambarawa

Novelis legendaris NH Dini
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA – Jenazah novelis legendaris Nurhayati Sri Hardini atau NH Dini bakal dikremasi di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Rabu, 5 Desember 2018. Rencananya, NH Dini akan dimakamkan di pemakaman Kedungmundu, Semarang siang ini. 

Operasi Keselamatan 2024 Rampung, Catat 372 Orang Tewas Karena Kecelakaan

Sebelumya, NH Dini yang meninggal akibat kecelakaan di tol Semarang telah disucikan di rumah sakit Elisabeth. Dia pun disemayamkan di Wisma Lansia Harapan Asri, Banyumanik. 

"Beliau (Almarhumah) minta dikremasi, karena (Krematorium) yang di Semarang full. Di sana ada delapan slot full semua. Terus akhirnya di Ambarawa bisa," terang Paulus, keponakan NH Dini pada Selasa malam, 4 Desember 2018. 

Korlantas Polri Beri Bantuan ke Bocah SD yang Kecelakaan hingga Kaki Kanan Diamputasi

Menurut rencana, jenazah akan diberangkatkan ke krematorium di Ambarawa pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB. Ia menyebut upaya kremasi NH Dini kemungkinan tidak akan menunggu kepulangan anak keduanya bernama Pierre Louis Padang Coffin yang kini tinggal di Perancis. 

"Kalau Lintang atau Marie Claire Lintang Coffin (Anak pertama) di Internasional School Teacher di Kanada, domisili di sana. Tapi kebetulan sedang tugas di Bandung, " katanya. 

Utamakan Keselamatan, Ini Tips Aman Berkendara Sepeda Motor

Novelis NH Dini sendiri meninggal dunia usai mengalami musibah kecelakaan lalu lintas di Tol Semarang pada Selasa, 4 Desember 2018 sekitar pukul 11.15 WIB. Ia mengalami luka serius setelah mobil yang ditumpanginya tertimpa muatan truk yang mundur.

Nyawa perempuan kelahiran Semarang, 29 Februari 1939 itu tak bisa diselamatkan meski telah mendapatkan tindakan medis di RS Elisabeth Semarang. Perempuan yang telah menulis lebih dari 30 novel itu meninggal pada pukul 16.30 WIB. Almarhum sendiri meninggalkan dua orang anak dan empat orang cucu. 

NH Dini merupakan sastrawan perempuan yang dikenal rajin menulis sejak kelas 3 SD hingga saat ini. Karirnya dalam dunia kesusastraan Tanah Air dimulai saat dirinya mengirim sajak Prosa Berirama yang disiarkan di Radio Republik Indonesia. 

Ia lalu melanjutkan karirnya membuat cerita pendek hingga menulis panjang. Karya pertamanya berjudul Hati yang Damai kemudian Pertemuan Dua Hati (1989).

Ciri khas novel-novel NH Dini adalah tokoh utamanya yang hampir selalu perempuan. Seperti Pada Sebuah Kapal (1973), La Barka (1975), Keberangkatan (1977), serta Namaku Hiroko (1977). 

Pada 2017 lalu, NH Dini menerima penghargaan seumur hidup atau Lifetime Achivment Award yang diselenggarakan Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) di Bali. Karya terakhir NH Dini berjudul Gunung Ungaran yang terbit di 2018.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya