Sisi Unik Mendiang NH Dini, Cuma Rayakan HUT Sekali dalam 4 Tahun

Novelis legendaris NH Dini
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA – Sosok novelis Nurhayati Sri Hardini atau NH Dini dikenal begitu lekat di hati para kerabat, sahabat hingga sejumlah kolega. Perempuan yang meniti karier di dunia sastra sejak kanak itu dikenal sebagai pribadi santun dan tangguh dalam menjalani hidup.

Operasi Keselamatan 2024 Rampung, Catat 372 Orang Tewas Karena Kecelakaan

Sahabat Dini, Anna, mengatakannya saat melepas kepergian Almarhumah di Aula Wisma Lansia Harapan Asri, Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 5 Desember 2018. Anna mengenang Dini sebagai sahabat yang sangat penyayang.

"Bu Dini orangnya baik. Tiap kali beliau pergi ke luar negeri pasti selalu membawakan buah tangan untuk para penghuni Wisma," katanya.

Rizal Ramli Meninggal Dunia, Sri Mulyani: Selamat Beristirahat di Sisi Terbaik Allah SWT

Sebagai seorang sahabat, Anna begitu mengagumi sikap kemandirian NH Dini yang tak pernah ingin merepotkan sesamanya. Apalagi di usianya yang telah 82 tahun, Dini memilih hidup jauh dari keluarga dan justru menghabiskan sisa hidupnya, di Panti Lansia Harapan Asri, bersama dengan kaum wreda.

Sebagai sahabat dekat, Anna pun gamblang mengungkap keunikan sahabat karibnya itu. Salah satunya, NH Dini yang selalu merayakan ulang tahunnya sekali tiap empat tahun. Dini lahir di kampung Sekayu, Semarang, pada 29 Februari 1936--tahun kabisat.

Korlantas Polri Beri Bantuan ke Bocah SD yang Kecelakaan hingga Kaki Kanan Diamputasi

Pada saat yang sama, rekan sesama seniman di Semarang, Hendri TM, mengenang Dini sebagai seniman legendaris yang terus memberi warna di dunia kesusastraan. Pria yang menjabat Ketua Dewan Kesenian Semarang itu menganggap Dini inspirator para sastrawan untuk tak berhenti berkarya.

NH Dini meniggal dunia setelah kecelakaan lalu lintas di Tol Semarang pada Selasa siang, 4 Desember 2018. Ia mengalami luka serius setelah mobil yang ditumpanginya tertimpa muatan truk yang meluncur mundur.

Nyawa perempuan kelahiran Semarang, 29 Februari 1939 itu tak bisa diselamatkan meski telah mendapatkan tindakan medis di RS Elisabeth Semarang. Perempuan yang menulis lebih 30 novel itu meninggal pada pukul 16.30 WIB. Dia meninggalkan dua orang anak dan empat cucu. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya