Wabup Trenggalek Menghilang Diduga akibat Konflik dengan Emil Dardak

Wakil Bupati Trenggalek, Muhammad Arifin
Sumber :

VIVA – Wakil Bupati Trenggalek Muhammad Nur Arifin muncul dalam acara istigasah Nahdlatul Ulama yang dihadiri calon wakil presiden Ma’ruf Amin di Trenggalek pada Selasa, 22 Januari 2019. Namun kehebohan tentang kabar menghilangnya Gus Ipin (sapaan akrab Muhammad Nur Arifin) belum mereda. Sejumlah pihak menilai ada perseteruan politik di balik kehebohan itu.

Belasan Santri Diduga Dicabuli Pengasuh Pondok Pesantren

Direktur Komunikasi Politik Surabaya Consulting Group, Aprizaldi, menengarai ada aroma perpecahan antara duet muda kepala daerah Trenggalek, yakni Emil Elistianto Dardak dengan Gus Ipin.

“Dramaturgi politik selalu menghadirkan panggung depan dan panggung belakang. Narasi di panggung depan soal polemik Mas Emil dan Mas Ipin hanyalah soal menyudutkan Mas Ipin yang tidak muncul ke publik beberapa hari ini,” katanya kepada wartawan.

Keren! Bocah Ajaib Asal Trenggalek Ini Terbitkan 40 Buku di Usia 11 Tahun, Full Bahasa Inggris

Aprizaldi merujuk kehebohan yang muncul pada kabar menghilangnya Gus Ipin tersiar luas setelah surat pemberitahuan dikirim kepada Gubernur Jawa Timur dari Pemerintah Kabupaten Trenggalek. “Ini plot yang ingin dibangun Mas Emil karena beliau sendiri yang memulai narasinya dengan berbicara di media,” katanya.

Bupati Trenggalek, Emil Dardak, dan Arumi Bachsin.

Didukung Kiai dan Santri Wilayah Mataraman Jatim, Mahfud MD Minta Dinilai secara Jujur

Cerita di panggung belakang masih samar-samar. Padahal, kata Aprizaldi, justru yang di panggung belakang atau peristiwa yang tak diketahui publik itulah yang menarik dan penting diungkap. “Terutama untuk melacak ada manuver dan problem politik apa di antara dua pemimpin itu.”

Hal yang menarik ialah mengamati diamnya Gus Ipin. Dia seolah enggan merespons kendati kabar heboh dia menghilang, dan bahkan terkesan liar. Aprizaldi memaknai diamnya Gus Ipin dalam dua tafsir. Pertama, sebagai bentuk kesantunan berpolitik karena Gus Ipin memang bawahan Emil Dardak.

“Mas Ipin dikenal sebagai santri, aktif di Ansor Jatim. Tradisi santri selalu taat kepada seniornya. Sikap diamnya bisa dimaknai bahwa dia menghormati Mas Emil sebagai senior dan atasan, sehingga tak mau berpolemik terbuka,” kata Aprizaldi.

Kedua, ada unsur politik. Menurut Aprizaldi, Gus Ipin sebetulnya bukan tipe orang yang gampang menghindarai tanggung jawab atau lalai dalam tugas. Bahkan, katanya, Gus Ipin rajin membuat program Lapor Rakyat untuk mengabarkan kerja pemerintahannya.

“Publik juga,” dia berargumentasi, “mengenal Gus Ipin sebagai sosok muda tangguh yang memulai perjuangan politiknya dari bawah, tanpa membawa orang tua atau patron tertentu.”

Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek, Emil Elestianto-Mochamad Nur Arifin.

Dia menduga keriuhan dan ketegangan antara dua pemimpin muda Trenggalek itu karena ada tekanan-tekanan politik terkait penunjukan wakil bupati baru setelah Arifin naik jabatan menjadi bupati nanti, setelah Emil Dardak dilantik sebagai Wakil Gubernur Jatim mendampingi Khofifah Indar Parawansa.

“Karena ada rumor politik bahwa Ipin ditekan pihak tertentu untuk menerima sosok wabup baru,” katanya. Dia tak menyebut identitas jelas sosok itu, namun ditengarai sekarang menjabat kepala dinas di Trenggalek.

Aprizaldi mencurigai Gus Ipin tak nyaman dengan cara Emil Dardak mempersiapkan sosok wakil bupati itu, terutama karena Gus Ipin ingin memastikan si calon pejabat itu dapat bekerja sama. “Sebagai bupati nanti, Mas Ipin perlu orang sehati untuk membangun Trenggalek, sehingga perlu berbicara dari hati ke hati, bukan hasil tekanan dan titipan.”

“Nah, ketika ada tekanan,” dia meyakini, Ipin rupanya memilih menepi karena dia tak mau berpolemik terbuka.” (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya