Logo ABC

Jumlah Bissu, Pendeta Bugis Kuno di Masyarakat Lokal Kian Menyusut

Tradisi Bissu di masyarakat Bugis kuno berlangsung ratusan tahun hingga era sebelum kemerdekaan RI. Kemudian tenggelam akibat upaya pembasmian Bissu dan mulai dihidupkan kembali tahun 1990an.
Tradisi Bissu di masyarakat Bugis kuno berlangsung ratusan tahun hingga era sebelum kemerdekaan RI. Kemudian tenggelam akibat upaya pembasmian Bissu dan mulai dihidupkan kembali tahun 1990an.
Sumber :
  • abc

Jumlah pendeta Bugis kuno yang dikenal dengan sebutan Bissu, kini semakin menyusut akibat faktor eksternal dan internal. Sejumlah pakar antropologi khawatir tradisi para Bissu ini suatu saat akan punah.

Tradisi budaya Bugis yang mengakomodasikan gender kelima ini, meski mampu bertahan, namun semakin menurun di tengah masyarakat dengan tradisi keagamaan yang kian menguat.

Tradisi kuno penduduk di wilayah Sulsel mengakui adanya lima gender, dan Bissu bahkan dipandang sebagai orang suci.

Selain laki-laki (oroani) dan perempuan (makkunrai), masyarakat Bugis pra-Islam juga menerima kehadiran perempuan kelaki-lakian (calalai), laki-laki keperempuanan (calabai) serta Bissu yang meta-gender.

Di Kabupaten Pangkep, dimana Bissu masih tersisa sampai kini, jumlahnya tinggal enam orang. Dan hanya lima di antaranya yang masih menjalankan tradisi sebagai Bissu.

Dalam berbagai kesempatan, kekhawatiran mengenai hal ini dikemukakan oleh Dasriana, seorang pegawai kebudayaan pada Pemda setempat.

"Beberapa tahun lalu jumlah Bissu masih mencapai 40 orang, tapi sekarang hanya tinggal lima orang yang masih menjalankan tradisi ini," katanya.