Wagub Sumbar Minta Masyarakat Jangan Risaukan Megathrust

Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit di tenda pengungsi tsunami
Sumber :
  • VIVA / Andri Mardiansyah (Padang)

VIVA – Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit meminta, seluruh lapisan masyarakat di Ranah Minang, untuk tidak takut menghadapi potensi atau ancaman gempa bumi dan tsunami yang setiap saat bisa saja terjadi. 

Gelombang Tinggi Berpotensi Terjadi di Samudera Hindia, BMKG Minta Warga Pesisir Pantai Waspada

Menurutnya, kebersamaan dan kecerdasan menghadapi semua ancaman bencana itu menjadi kata kunci utama untuk mengurangi risiko atau dampak yang ditimbulkan. Terutama jatuhnya korban jiwa. 

Nasrul menegaskan, meski sejumlah pakar dan ahli kegempaan beberapa kali merilis potensi besar (Megathrust) Mentawai masih menyimpan energi kegempaan 8,8 skala richter dan bisa memicu gelombang tsunami. Namun, masyarakat diimbau untuk tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu. Tetap waspada dan jangan takut.

Viral 2 Matahari Muncul Bersamaan di Mentawai, Ini Kata Ahli

Baik Pemerintah provinsi maupun pemerintah kota dan kabupaten yang ada, akan terus berupaya menguatkan mitigasi bencana. Mitigasi itu sebagai salah satu langka untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi ancaman bencana, khususnya gempa bumi dan tsunami.

"Saya imbau, jangan takut dengan bencana, mari bersahabat dengan bencana, karena kita tinggal di daerah bencana. Ayo, kita siap menghadapi bencana, jangan kita jadi korban bencana. Mari bersama-sama menghadapi itu. Sadar dan cerdas menghadapi bencana kunci utamanya," kata Nasrul Abit usai membuka secara resmi Jambore pengurangan risiko bencana ke-VI di bumi perkemahan Kawasan Wisata Bahari Mapadegat, Desa Tuapejat, Kepulauan Mentawai, Selasa 23 Juli 2019.

Boat Pengangkut Puluhan Kotak Suara 10 TPS di Mentawai Dihantam Ombak

Lebih lanjut Nasrul menjelaskan, khusus untuk kabupaten dan kota, diharapkan jangan terlalu fokus kepada pembangunan infrastruktur bangunan tinggi seperti shelter tsunami. Namun, lebih mengutamakan dan memanfaatkan daratan tinggi. Karena, di samping biaya lebih murah, juga lebih efektif untuk mengurangi korban jiwa yang timbul.

"Ketika di Pesisir Selatan, saya buat tangga-tangga diperbukitan. Ketika ada bencana, masyarakat evakuasi ke sana. Itu lebih efektif. Kalau pembangunan building besar biayanya,"ujarnya.

Jika pun bencana itu terjadi, Nasrul meminta kepada seluruh lapisan untuk saling membantu. Bencana dapat segera diatasi apabila ada kebersamaan yang kuat.

"Saya minta, penanggulangan pascabencana, terutama bantuan itu harus cepat disalurkan. Jangan nanti saya sampaikan ke masyarakat ada sumbangan, ternyata tidak disalurkan. Kalau terkendala soal administrasi lapor ke saya. Tapi segerakan salurkan bantuan itu," tutup Nasrul Abit.

Sebelumnya, Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Danny Hilman Natawidjaja menyebutkan, hingga saat ini potensi gempa besar (Megathrust) Mentawai masih menyimpan energi kegempaan 8,8 skala richter.

Dia menjelaskan, magnitudo tersebut merupakan sisa lepasan energi dari prediksi awal 9 Skala Richter. Dua kali pukulan seperti gempa 2007 dan 2010, menurut Danny, menyebabkan tersisanya energi 8,8 Skala Richter di segmen megathrust Mentawai.

Ahli geologi dan gempa bumi LIPI itu menjelaskan, secara keilmuan Megathrust Mentawai sudah terbukti tidak melepaskan energi sekaligus. Biasanya, kata Danny, energi yang dikeluarkan dua atau tiga pukulan. Gempa yang terjadi pada 2007 dan 2010, menurutnya, bagian dari pelepasan energi megathrust.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya