Lima Fakta Pedangdut Legendaris Ida Laila, yang Tak Diketahui Publik

Potret kenangan Ida Laila bersama Rhoma Irama.
Sumber :
  • VIVAnews/Nur Faishal

VIVA – Pedangdut legendaris Ida Laila meninggal dunia di RSUD Soedono, Madiun, Jawa Timur, pada Kamis dini hari, 12 September 2019. Kecuali suara dan lagu-lagunya yang tak lekang dimakan zaman, banyak hal yang tidak diketahui dari jalan hidup sang biduan melayu yang tenar di era 1960-1970an itu. 

Ida Laila Meninggal, Pedangdut Legendaris Ini Juga Seorang Pendakwah

Masa kecil yatim-piatu

Ida Laila lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 27 November 1943, dari pasangan suami-istri, Sukur-Murji'ah. Di usia belia, ida sudah ditinggal oleh ayah dan ibunya.

Imron Sadewo Kenang Ida Laila: Kami seperti Anak Beliau

"Ibu itu tidak punya orang tua. Umur lima tahun ditinggal (meninggal) bapaknya, kakek saya, umur tujuh tahun ditinggal (meninggal) ibunya, jadi yatim-piatu," kata anak pertama Ida Laila, Agung Moerjanto, ditemui di rumah duka Jalan Kanser No 3, Ploso, Tambaksari, Surabaya.  

Belajar agama di Ampel

Pedangdut Legendaris Ida Laila Jadi Pendakwah Sebelum Meninggal

Ida Laila kemudian diambil sebagai anak angkat oleh seseorang di kawasan Ampel, Surabaya. Dia tumbuh di lingkungan relijius yang dekat dengan kompleks Makam Sunan Ampel.

Agung menduga, di sanalah ibunya banyak menyerap ilmu agama dari orang tua angkatnya dan lingkungan sekitar. "Ikut ibu angkat di daerah Ampel itu mungkin ada pendidikan keagamaannya," ujar Agung. 

Mengamen

Bakat menyanyi Ida Laila berbenih sejak kecil. Menurut cerita diterima Agung, saat bocah ibunya senang ketika ada orang yang mengamen. Lama-lama ikut mengamen keliling. "Kalau ada orang ngamen (Ida Laila) lihat, senang, ibu angkat lihat kok ada bakat seperti itu (menyanyi)," katanya.

Bakat dan lingkungan dengan sendirinya mengasah kemampuan menyanyi Ida Laila. Dia memiliki kesempatan pertama tampil di muka publik ketika bergabung dengan grup musik orkes melayu. Dia berpindah-pindah grup. "Seperti Sinar Kumala, Sinar Mutiara. Banyak. Zamannya Permata Syamsuddin," tutur Agung. 

Ida Laila menjalani rekaman debutnya di Studio Lokananta, Solo, Jawa Tengah. Agung mengaku lupa tahun persis. Waktu itu, kata dia, dapur rekaman masih menggunakan piringan hitam, belum ada kaset. 

Dia mengaku lupa lagu apa yang pertama kali ditelurkan Ida Laila saat rekaman. Agung mengatakan lagu-lagu yang dikeluarkan ibunya banyak. Lagu yang paling bikin Agung bangga karena disukai, dan tetap dinyanyikan banyak orang hingga sekarang ialah Keagungan Tuhan. "Kalau Keagungan Tuhan itu memang banyak orang yang tahu," ujarnya. 

Pendakwah

Tahun 1994, Ida Laila melaksanakan ibadah haji untuk pertama kali. Agung mengatakan, setelah itu ibunya menarik diri dari dunia keartisan. "Ibu kemudian aktif di dakwah, disampaikan dengan (cara) nada dan dakwah. Habis berdakwah (ceramah), diselingi lagu yang mengena dengan apa yang didakwakan," katanya. 

Aktivitas dakwah Ida Laila lebih banyak dilakukan di Pulau Jawa. Kegiatan keagamaan itu dia lakoni dengan jadwal yang sangat padat. Agung berujar, saat itu untuk mengundang ceramah ibunya biasanya dua atau tiga bulan sebelum acara. Pelantun lagu Siksa Kubur itu baru mengurangi aktivitasnya setelah digerogoti penyakit komplikasi enam tahun terakhir. 

Sejak berkecimpung di dunia dakwah, pelan-pelan nama dan kehidupan Ida Laila lepas dari sorotan publik. Lagu-lagunya tetap terdengar di banyak tempat, tapi tidak dengan pemberitaan tentang dirinya. Kendati begitu, kata Agung, ibunya masih tetap menjalin silaturrahim dengan teman atau junior di dunia tarik suara. Ikke Nurjanah, penyanyi yang mengaransemen ulang beberapa lagu Ida Laila, beberapa kali menemui. 

Riwayat penyakit

Tak banyak yang tahu pula kalau Ida Laila tak banyak daya sejak enam tahun terakhir karena penyakit yang diderita. Dia lebih banyak berdiam diri bersama anggota keluarganya di rumah sederhana di Jalan Kanser, Ploso, Tambaksari.

"Penyakitnya ada diabetes, kolesterol, asam urat, akhir-akhir diketahui ada darah tinggi juga. Sempat stroke, tapi kalau lumpuh total enggak. Beliau bisa jalan tapi pelan," kata Agung. 

Sejak sebelas bulan lalu, Ida Laila, tinggal bersama anaknya yang ketiga di Madiun. Dua pekan lalu, kondisinya mendadak drop, lalu dibawa ke RS PDK Madiun. Empat hari ditangani, kesehatannya sempat membaik lalu diizinkan pulang. Namun, pada Rabu, 11 September 2019, kondisi tubuh Ida drop lagi. 

Ida Laila dibawa lagi ke RS PDK sekira pukul sebelas malam dan meninggal pada Kamis dini hari. Dia menyusul suaminya, Mulyono, yang meninggal tahun 2017 lalu. Sesuai pesan almarhumah, Agung mengatakan Ida Laila dimakamkan di TPU Rangkah Surabaya.

"Ibu saya pesan agar dimakamkan di samping anaknya yang keempat," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya