SMK Ditutup Gara-gara Siswa Tikam Guru, Para Orangtua Tak Terima

Pertemuan Dinas Pendidikan dan para orangtua siswa SMK Ichtus
Sumber :
  • VIVAnews/Agustinus Hari

VIVA – Gara-gara kasus siswa tikam guru hingga tewas mengakibatkan SMK Ichtus Manado, Sulawesi Utara yang dicabut izin operasionalnya masih berbuntut panjang hingga kini.

Workshop Makin Cakap Digital, Membentuk Kesadaran Etika Berjejaring bagi Guru dan Murid Sorong Papua

Sebab, orangtua dan kepala sekolah mengeluhkan hal itu. “Anak kami mau disekolahkan di mana. Apalagi kami ini orang susah. Kalaupun pindah sekolah kami kesulitan dari segi biaya,” ujar Mashuri, salah satu orangtua siswa saat pertemuan di Kantor Dinas Pendidikan Sulut, Jalan Sam Ratulangi Manado, Jumat 1 November 2019.

Dia mengatakan, SMK Ichtus sangat membantu anak mereka karena berdekatan dengan tempat tinggal. “Nah kalau sekolah dicabut izin operasionalnya anak kami kemungkinan tidak sekolah. Jujur saja, saya tak mampu sekolah di tempat lain. Kami berharap pemerintah mempertimbangkan kembali,” katanya yang diamini orangtua siswa yang lain.

10 Tips Mencegah Aksi Kekerasan Antar Siswa di Sekolah

Kecuali kata dia, pemerintah menjamin anaknya bisa pindah sekolah. “Takutnya anak kami akan di-bully di sekolah yang dia masuk,” ujar Mashuri.

Lainnya halnya dikatakan Kepala SMK Ichtus Manado, Katharina Lapagu. Ia menyampaikan melalui yayasan sebagai pemilik sekolah akan berjuang untuk mengembalikan sekolah tersebut.

Kota Ini Sahkan Undang-undang yang Izinkan Guru Bawa Senjata Api ke Sekolah

“Ya kami akan berjuang. Sekolah ini sangat membantu warga di Mapanget. Sebab, di lokasi itu tidak ada sekolah SMA atau SMK,” katanya.

Kadis Pendidikan Daerah Sulut, Grace Punuh yang memfasilitasi pertemuan mengatakan, akan ada tim dari Dinas Pendidikan Sulut yang turun ke SMK Ichtus pada Senin 4 November 2019. Nantinya akan mempertemukan lagi orangtua dan siswa guna menanyakan apakah mau mendaftar ke sekolah terdekat atau bagaimana.

“Ini penting agar siswa-siswa itu tidak putus sekolah,” kata Grace.

Hanya dirinya sempat bingung soal keterangan kepala sekolah ada 59 siswa yang bersekolah namun yang terdaftar hanya 33. “Siswanya dari mana, itu yang saya bingung. Ternyata sekolah ini banyak masalah,” ujar Grace.

Hasil pertemuan juga menyimpulkan dua pilihan. “Jika tidak mau lagi masuk sekolah terdekat, nanti dimasukkan ke PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang kenal bisa ikut ujian Paket C,” katanya.

Kondisi siswa setelah peristiwa itu disebut mengalami trauma. “Dan tidak gampang dihilangkan trauma itu. Kita berharap pendampingan guru bimbingan konseling yang secara khusus mendampingi dan mereka juga tidak di-bully dan sekolah yang menerima," ujar Grace sembari menambahkan siswa yang masuk ke sekolah terdekat akan diuji kompetensi keahlian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya