Profesor IPB: Bisa Dikatakan Obat Virus Corona Belum Ada

Prof drh Agus Setiyono, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan sekaligus dosen dan peneliti pada Divisi Patologi FKH IPB Bogor.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhammad AR

VIVA – Dokter hewan dari IPB University, Prof drh Agus Setiyono, MS, PhD. APVet mengatakan, obat untuk mengatasi virus Corona pada kelelawar belum
ditemukan. Virus berbeda dengan bakteri maupun parasit, sebab hidup di sel yang jika dihancurkan akan merusak organ, mahluk hidup akan mati.

Kasus COVID-19 RI 10 Oktober: Positif Tambah 894, Sembuh 1.548

Menurut Prof Agus, harus hati-hati soal penanganan khusus pasien terjangkit virus corona. Baik itu dari dokter hewan atau dokter medis. 

"Saya tidak posisi dalam menjawab itu. Itu harus dipastikan nomor satu adalah diagnosanya lebih dahulu. Diagnosa harus konfirmasi tidak bisa spekulasi bahwa sama dengan yang diberitakan," kata Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dosen dan Peneliti pada Divisi Patologi FKH IPB University itu saat diwawancarai VIVAnews, Senin 27 Januari 2020.

Update COVID-19 Nasional 9 September 2021: Kasus Positif Tambah 5.990

Prof Agus mengatakan, kemungkinan dampak dari infeksi virus itu dapat bermacam-macam seperti gangguan respirasi, bahkan infeksi berbagai jaringan organ. Namun, gejala tersebut harus dipastikan terkonfirmasi lebih dahulu sebelum tindakan pengobatan dilakukan.

"Tetapi, sejauh ini memang obat untuk virus itu sangat terbatas dan mahal. Kalau boleh dikatakan obat untuk virus ini belum ada," papar Agus.

Update COVID-19 Nasional 6 Mei 2021: Kasus Sembuh Tambah 5.440

Lanjut Agus, menjelaskan, penyebab sulitnya ditemukan obat penawar karena virus hidup dalam sel. Sehingga untuk menghancurkan virus nomor satu yang
dilakukan harus menghancurkan selnya lebih dahulu.

"Nah, kalau sel dihancurkan, organ rusak mahluknya mati. Rumit berbeda dengan bakteri atau parasit lainnya karena hidupnya virus dalam sel ini," katanya.

Dengan demikian, kata Agus,  jika ada obat-obatan yang dikembangkan bukan sesuatu hal uang keliru. "Tidak keliru juga, baru dikembangkan, yang akuratnya apa. Itu kan Tamiflu tentunya harus ada pengujian. Tamiflu untuk flu burung, ini kan corona virus berbeda lagi," kata Agus. 

Seperti yang diungkapkan Prof Agus, Virus Corona yang merebak di Wuhan, China, sedang diteliti Profesor dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University bersama  Research Center for Zoonosis Control, Hokkaido University, Jepang. Terdapat enam virus yang dibawa kelelawar selain corona virus
yang berhasil diidentifikasi yakni alpha herpesvirus, paramyxovirus, polyoma virus, paramyxovirus, dan bufavirus

"Dalam kurun waktu lima tahun, enam paper dihasilkan dan semuanya berbicara tentang virus, salah satunya corona virus," kata Agus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya