Peneliti Unpad: Uji Klinis Vaksin Corona Butuh Waktu 9 Bulan

VIVA – Perusahan Bio Farma menggandeng perusahaan asal China dalam mengembangkan vaksin corona atau Covid-19. Pengembangan telah memasuki fase uji klinis tahap kedua.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

Peneliti Utama Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran, Prof. Kusnandi Rusmil  mengemukakan, setelah fase pertama dan kedua yang dilakukan di China hasilnya bagus, maka akan dilakukan pengujian fase ketiga di Indonesia. Hasil di Indonesia harus sama bagusnya dengan di China.

"Fase tiga itu untuk melihat konsistensinya, apakah di sana dengan di sini sama hasilnya atau tidak. Kalau sudah lewat fase ketiga itu baru vaksin itu bisa dijual. Sebelum melewati fase ketiga, vaksin itu tidak bisa dijual," kata Kusnandi dalam dialog di acara Kabar Petang tvOne, Kamis, 11 Juni 2020.

Terpopuler: Kebiasaan yang Tidak Boleh Dilakukan di Mekkah sampai Alasan ke BaliSpirit Festival

Kusnandi menuturkan, pada fase uji klinis tahap pertama dan kedua efek samping dan efektivitas vaksin ini diketahui aman dan efektif. Namun, vaksin ini masih harus dilihat keberhasilannya di Indonesia dan juga negara lainnya.

"Nah di negara lain, di China dan Indonesia itu hasilnya harus sama. Kalau enggak sama itu enggak bisa dipakai vaksinnya," ujar Kusnandi.

Komnas KIPI, Sebut Penyakit TTS akan Muncul 4 Sampai 42 Hari Setelah Vaksin AstraZeneca Disuntikkan

Menurut Kusnandi, penelitian ini membutuhkan waktu sekitar 9 bulan. Proses yang tidak sebentar ini terjadi karena orang yang diuji diberi vaksin harus terus dimonitor hasilnya.

Orang yang diuji dengan vaksin nanti harus benar-benar sehat. Setelah diberi vaksin, tiga hari kemudian akan dicek hasilnya. Setelah 7 hari juga akan dicek kembali efeknya. Dan memudian setiap bulan orang itu harus dicek kembali.

"Kita harus hati-hati karena ini untuk manusia. Nah, setelah 6 bulan dilihat bagus, dilihat lagi kadarnya dalam darah. Kalau efek sampingnya sedikit dan efek bagusnya sama, maka itu bisa digunakan. Artinya dia sudah konsisten hasilnya," kata Kusnandi.

Fase terakhir diperkirakan akan berlangsung selama 9 bulan. Dengan demikian, vaksin bisa benar-benar diedarkan atau dijual bebas ke masyarakat yaitu sekitar awal Januari tahun 2021. "Jadi sekitar tahun 2021 awal itu sudah bisa keluar," katanya.
 

>


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya