Baduy Tolak Wilayahnya Jadi Tujuan Wisata, Bagaimana Sikap Pemerintah

Suasana di desa adat Baduy.
Sumber :
  • dok. ASTRA Tol Tangerang-Merak

VIVA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak belum bisa bersikap mengenai surat terbuka yang dicap jempol oleh tiga jaro suku Baduy terkait permintaan penutupan kawasan adat itu sebagai lokasi wisata. Alasannya, mereka belum menerima surat penghapusan perkampungan Baduy dari destinasi wisata di Indonesia.

OIKN Tegaskan Tak Ada Penggusuran Masyarakat Adat Semena-mena di IKN Nusantara

Jika sudah menerima surat tersebut, Pemkab Lebak baru bisa mengkonfirmasi nya ke para Jaro dan Puun di kampung Adat Baduy, yang berlokasi di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

"Kita kan belum dikasih tembusannya, kita baru tahu dari media nih. Jadi langkah kami nanti kita konfirmasi dahulu ke jaro pemerintah, ke puun, dari situ kita secepatnya konfirmasi ke mereka," kata Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Lebak, Imam Rismahayadi ditemui di ruangannya, Lebak, Banten pada Rabu 8 Juli 2020.

Sumbawa dan Lombok Kembali Jadi Tuan Rumah MXGP Indonesia 2024

Berdasarkan pemberitaan yang sudah beredar, Pemkab Lebak mengapresiasi atas surat terbuka yang juga dikirimkan ke Gubernur Banten dan Presiden Jokowi itu. Disebut surat itu bertujuan untuk memperbaiki kawasan Adat Baduy.

"Semoga ini jadi awal yang baik bagi Baduy ke depan. Kita serap dahulu aspirasi mereka, nanti kami tindak lanjuti, kita ikuti. Kalau melihat kinten nya untuk kebaikan, menjaga alam, menjaga tradisi, sesuai aturan adat," kata dia.

Catat! Ini 3 Titik Krusial saat Mudik Lebaran 2024

Sedangkan pihak tour and travel yang biasa melayani perjalanan ke perkampungan suku Baduy menyayangkan apabila kawasan adat itu ditutup sebagai destinasi wisata. Karena minat orang untuk mengetahui Baduy dan menikmati keindahan alamnya yang sangat bagus.

"Kalau benar ditutup sayang banget karena itu aset nya orang Lebak. Kalau Baduy ditutup Baduy itu identik dengan Lebak. Jangan ditutup harusnya diberi arahan yang betul agar (wisatawan) tidak membawa sampah ke atas," kata pengelola tour and travel Alenta Jaya, Agus Solihan.

Agus mengaku kerap membawa wisatawan ke Baduy bahkan sampai 300 orang. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara memang dia membatasinya. Hanya empat orang saja untuk kali perjalanan.

Dia mengklaim selalu menyarankan wisatawan yang dibawanya untuk tidak menggunakan tempat minum plastik dan harus memakai tumbler. Kemudian pemandu wisata harus mengingatkan para wistawan yang dibawa untuk membawa kembali sampahnya ke bawah dan tidak membuangnya di perkampungan Baduy.

"Di Baduy sebenernya bersih. Kalau sekarang termakan zaman, berubah karena ulah wisatawan juga karena akses bisa masuk siapa saja. Untuk menjaga wisatawan itu kan sebenarnya ada di guide. Harusnya sih masyarakat adat mereka itu ya. Harusnya pemerintah masuk ke dalam, mengelola sampah," kata dia.


Baca juga: Pong Belo Raja Judi Ayam yang Viral Ancam Polisi Kini Pasrah Ditangkap

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya