Sumbar Pecahkan Rekor Kasus Positif COVID-19

Petugas menangani pasien Corona. (Foto Ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

VIVA - Juru Bicara Percepatan Penanganan COVID-19 Sumatera Barat, Jasman Rizal, menyatakan ada tambahan kasus positif Coronavirus Disease 2019 sebanyak 40 kasus. Hal itu berdasarkan hasil pemeriksaan sampel swab yang diuji di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Wilayah II Baso dan Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

“Hari ini, bertepatan dengan hari raya Idul Adha 1442 Hijriah, kita mendapatkan informasi adanya penambahan kasus sebanyak 40 kasus. Sejak kemarin, sebanyak 1.518 sample yang diuji di dua laboratorium itu. Hasilnya, 2,6 persen atau 40 sampel di antaranya dinyatakan positif,” kata Jasman Rizal, Jumat, 31 Juli 2020.

Baca juga: Sembuh dari COVID-19, Wakil Wali Kota Solo Serahkan Sapi Qurban Jokowi

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Menurut Jasman, temuan 40 kasus tambahan hari ini, merupakan rekor tertinggi terkonfirmasi positif sejak kedua laboratorium di bawah komando dokter Andani Eka Putra itu melakukan pemeriksaan sampel spesimen PCR di Sumatra Barat. Rinciannya, sebanyak 26 kasus berasal dari sampel kiriman berbagai rumah sakit di Kota Padang, enam sampel kiriman dari Kota Sawahlunto, tiga dari Kota Solok, tiga dari Kabupaten Solok, dan dua sampel dari Kabupaten Agam.

“40 tambahan kasus yang merupakan rekor tertinggi sejak pemeriksaan harian sampel spesimen di dua laboratorium itu, berasal dari Kota Padang, Sawahlunto, Kota dan Kabupaten Solok, serta Agam. Masih berpotensi terjadinya penyebaran, kami tetap mengimbau kepada seluruh masyarakat di Sumatra Barat untuk tetap mentaati dan menjalankan protokol kesehatan,” ujar Jasman.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Terpisah, Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Andani Eka Putra, mengingatkan saat ini ada kecenderungan peningkatan kasus Coronavirus Disease 2019 di Sumatra Barat. Temuan terbesar yakni 40 kasus tambahan tersebut.

Meski masih dalam posisi masih terkendali serta persentasenya di bawah lima persen sesuai dengan yang ditetapkan oleh WHO, namun mereka tetap harus waspada dan tetap melakukan upaya tracing yang masif.

“Kita tidak perlu cemas berlebihan. Karena, 95 persen adalah tanpa gejala dan gejala ringan. Temuan kasus ini, terjadi dari tracing dan survailance. Malah yang jika tidak ditemukan itu yang akan menjadi lebih berbahaya,” kata dr Andani Eka Putra.

Meski ada tambahan kasus bahkan dengan jumlah angka temuan terbesar, namun menurut Andani, ini bukanlah merupakan gelombang kedua atau gelombang lainnya. Tapi, bagian dari proses perkembangan virus yang terkait kejadian di luar Sumbar.

Sebagian besar kasus temuan ini, berasal dari luar Provinsi di antaranya, dari Medan, Jakarta, Surabaya, Palangkaraya. Oleh sebab itu, perlu dukungan informasi dari Walinagari, Lurah, RT dan RW. Informasikan semua pendatang.

“Selain itu, perlu juga peningkatan pemahaman terkait protokol COVID-19 yang harus dirancang. Mulai dari grup kecil masyarakat, seperti Nagari. Saat ini, kami sedang membuat rancangan ini dengan tokoh ulama yakni buya Mas’ud Abidin,” ujar Andani.

Andani mengingatkan dalam hal ini tidak perlu saling menyalahkan. Karena upaya pencegahan dan penanganan COVID-19 ini, adalah tanggung jawab kita bersama. Mari berlomba membuat sesuatu yang nyata dan kongkrit untuk pengendalian COVID-19. Salah satunya, dengan mencari solusi agar masyarakat patuh terhadap protokol COVID-19.

“Sumber penularan utama adalah dalam keluarga. Sehingga, jika sayang keluarga maka patuhi protokol COVID-19 saat di luar. Pola penularan lain adalah, saat makan bersama dengan teman di kantor dan sebagainya. Sampai saat ini, Sumbar masih terkendali. Testing rate 1,2 persen dari jumlah penduduk, positivity rate 1,4 persen, kasus berat dirawat kurang dari 5 persen. Namun, tidak ada jaminan ini akan bertahan terus, mari kita kembangkan edukasi, tracing, testing, isolasi dan treatment,” tutur Andani.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya