Wamenag Kenang Jakob Oetama: Tokoh Pemikiran Keagamaan yang Inklusif

Jakob Oetama
Sumber :
  • Obituari Kompas

VIVA – Tak hanya dunia pers yang merasakan duka atas meninggalnya pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama. Pejabat negara seperti Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi juga berduka atas wafatnya wartawan senior tersebut.

Yang Tersisa, Ternyata pada 1998 Pak Jakob Oetama Ber-KTP Islam

Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan, mendiang Jakob Oetama adalah sosok yang  sudah melegenda di dunia pers nasional. Ia menilai hidup Jacob didedikasikan sepenuhnya untuk pers, dunia yang membesarkan namanya.

Kata dia, dengan kejelian dan kesabarannya, perusahan pers nasional berhasil dibangun.

Selamat Jalan Pak Jakob Oetama, Menepis Isu Komando Pastor dan Agama Islam

Menurutnya, Jakob juga jadi sumber referensi dan inspirasi berbagai kalangan jurnalis. Mulai jurnalis pemula maupun jurnalis senior. 

Baca Juga: Anies Idolakan Jakob Oetama Sejak Kuliah

Anies Idolakan Jakob Oetama Sejak Kuliah

Jakob juga adalah figur jurnalis profesional yang mumpuni dan memiliki komitmen keindonesiaan dan kemanusiaan yang kuat.

"Pak Jakob banyak mengajarkan nilai-nilai humanisme, demokrasi, dan keterbukaan. Keberpihakan pada kelompok kecil, rentan dan tertindas menjadi menu literasi media yang terus dibangun dan dikembangkannya," ujar Zainut Tauhid Sa'adi kepada VIVA di Jakarta, Kamis, 10 September 2020. 

Dia menjelaskan, Jakob memiliki sikap terbuka untuk menerima kritik dan pendapat. Namun, ia tetap kritis dan konstruktif. Sebab, hal itu yang jadi kekuatannya dalam menjalankan fungsi kontrol pers kepada pemerintah. 

Dengan demikian, Jakob dinilai tetap independen dan tidak tersandera oleh kelompok aliran politik manapun. Media yang dibesarkan Jacob juga menyampaikan kritik dan pendapat kepada siapa pun yang dianggap keliru atau kurang bijak dalam menjalankan tugas negara.

Pun, selain itu, Jakob adalah tokoh yang mengembangkan pemikiran keagamaan yang inklusif dan moderat. Sebuah praktik keagamaan yang menjaga harmoni kebhinekaan,  kerukunan sosial, serta menghormati kearifan lokal dan memuliakan harkat kemanusiaan.

"Tokoh pemikiran keagamaan yang inklusif. Pesan-pesan moral yang disampaikan baik melalui lisan maupun tulisan, selalu aktual dan mencerahkan," ujarnya. 

Karena itu, ia merasa kehilangan sosok teladan yang rendah hati, sederhana dan selalu menginspirasi. 

"Selamat jalan Pak Jakob Oetama, semoga engkau istirahat dengan tenang dan selalu tersenyum di alam keabadian," katanya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya