Angka Kematian COVID-19 Kota Malang Lebih Tinggi dari Nasional

Virus corona
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Angka kematian pasien COVID-19 di Kota Malang lebih tinggi dibandingkan persentase secara nasional. Juru Bicara Satgas COVID-19 Kota Malang, Husnul Muarif, menyebut angka kematian di wilayahnya sebesar 8 persen, sedangkan nasional 4,1 persen. 

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

"Angka kematian 8 persen. Jadi kan mengukur tingkat kematian itu adalah berapa jumlah positif, rumusnya adalah jumlah COVID-19 positif meninggal dibagi dengan positif COVID-19, hasilnya sekitar 8 persen," kata Husnul, Jumat, 11 September 2020.

Baca juga: Pemuda di Malang Bunuh Temannya karena Sering Diejek

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Jumlah pasien positif COVID-19 di Kota Malang sesuai data Jumat malam, sebanyak 1.568 orang dinyatakan positif. Sebanyak 1.032 orang dinyatakan sembuh, 396 orang dalam perawatan, dan 140 orang meninggal dunia.

Sementara itu, data pasien positif COVID-19 nasional, 210.940 orang dinyatakan positif, 52.179 orang dalam perawatan, 150.217 orang dinyatakan sembuh, dan 8.544 orang meninggal dunia. Persentase kematian nasional sebesar 4,1 persen.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Memang masih lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Timur. Karena beberapa hal, sebagian besar penyebab kematian di Kota Malang terkonfirmasi itu adalah yang mempunyai penyakit penyerta atau komorbid. Seperti hipertensi, kemudian kencing manis, gangguan pada jantung, ginjal, dan stroke," ujar Husnul.

Husnul mengatakan, penyebab lainnya angka kematian di Kota Malang tinggi karena banyak pasien yang datang sudah dalam kategori berat atau terlambat. Hal ini berdasarkan laporan dari seluruh rumah sakit di Kota Malang, sehingga saat ditangani nyawa pasien tidak tertolong.

"Datang ke layanan sudah dalam taraf berat atau boleh dikatakan terlambat. Masyarakat yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan berat. Sehingga ini yang menjadi faktor banyak meninggal di UGD saat stabilisasi maupun pada saat sudah masuk di ruangan," tutur Husnul. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya