13 Dokter di Medan Meninggal karena Corona, 5 Lagi Jalani Perawatan

Petugas medis beraktivitas di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (20/1/2020). RSUP Dr. Sardjito menyediakan ruangan isolasi untuk penanganan penyakit menular seperti antraks sebagai upaya pencegahan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

VIVA – Jumlah dokter di beberapa daerah yang meninggal dunia karena terpapar Corona COVID-19 terus bertambah. Salah satu daerah yang tercatat angka dokter meninggal bertambah adalah Medan.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Medan melaporkan, sudah 13 dokter di kota Medan meninggal dunia karena terkonfirmasi positif COVID-19. Terakhir dokter meninggal bernama dr. Sutrisno. 

“Rekan kita dr. Sutrisno (meninggal) setelah satu minggu dirawat di RS Bunda Thamrin," ujar Ketua IDI Kota Medan, dr. Wijaya kepada wartawan di Medan, Selasa 15 September 2020.

Baca Juga: Lagi, Dokter di Bekasi Meninggal karena Corona

Wijaya mengungkapkan, masih ada lima dokter positif terpapar Corona tengah berjuang sembuh. Dengan perincian tiga dokter menjalani isolasi mandiri di rumah sakit. Sementara itu, dua dokter lagi isolasi mandiri di rumah.

“Ini data yang ada saat ini, mungkin yang jalani isolasi mandiri di rumah bisa lebih banyak dari itu," tutur Wijaya.

Dengan tingginya angka positif Corona, Wijaya mengatakan, banyak juga dokter memilih menutup sementara praktik medis. Karena, ada ketakutan terpapar virus mematikan saat mengobati pasien.

“Ini dilema memang, satu sisi tidak ada pendapatan jika tak praktik. Tapi, minimal bisa bertahanlah sampai 2-3 bulan ke depan. Kita tetap berdoa yang terbaik di tengah kesulitan yang kita hadapi," kata Wijaya.

Cerita Pengalaman Dokter Djaja Surya Atmadja Tangani Pasien Kebal Senjata

Wijaya mengimbau kepada dokter di Kota Medan yang memiliki penyakit disarankan untuk libur praktik. Sementara itu, yang berusia di atas 40 tahun, tanpa penyakit penyerta mengimbau agar tidak buka praktik setiap hari. Misalnya seminggu tiga kali saja, itu pun dengan selang waktu berbeda.

“(Lalu) untuk sejawat yang bertugas langsung di ruang isolasi maksimal bertugas selama 14 hari dan istirahat 14 hari, dan usahakan jangan lagi menangani pasien non-COVID-19,” tutur Wijaya. (art)

Pertama di Dunia, Ilmuwan Jepang Ujicoba Obat Penumbuh Gigi Orang Dewasa
Perayaan Hari Bakti Dokter Indonesia di Yogyakarta

IDI Rayakan Puncak Hari Bakti Dokter Indonesia 2024 di Yogyakarta

IDI Rayakan Puncak Hari Bakti Dokter Indonesia 2024 di Yogyakarta

img_title
VIVA.co.id
18 Mei 2024