Jawa Timur Sudah Bebas Zona Merah COVID-19, Rahasianya Masker

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Jawa Timur kini sudah tak masuk kategori zona merah dalam peta sebaran COVID-19. Kendati begitu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, tetap meminta masyarakat tidak lengah. Protokol kesehatan tetap harus dipatuhi, seperti mengenakan masker, agar Jatim tak kembali berzona merah.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Berdasarkan data COVID-19 per Selasa, 6 Oktober 2020, dalam peta sebaran zonasi hanya terdapat zona oranye dan kuning di Jatim. Rinciannya, 28 kabupaten/kota berzona oranye dan 10 daerah zona kuning.

"Satuan Gugus Tugas COVID-19 nasional mencatatkan bahwa Jatim sudah bebas dari zona merah," kata Khofifah dalam keterangan tertulis diterima pada Rabu, 7 Oktober 2020.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Dengan munculnya hasil baik ini, Gubernur Khofifah Indar Parawansa pun menyampaikan terima kasihnya kepada semua pihak, yang telah bekerja keras bahu membahu mengendalikan pandemi COVID-19 dengan hasil yang cukup menggembirakan.

"Terima kasih kerja keras semua pihak, baik dari pemerintah kabupaten/kota, TNI, Polri, kejaksaan, pengadilan, kampus, media, tenaga kesehatan, tokoh agama, relawan, terkhusus bagi masyarakat Jawa Timur yang saat ini menjadi garda terdepan dalam pemakaian masker," ujar Khofifah.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Baca: Data Mengejutkan Terkait Pelanggaran Protokol Kesehatan COVID-19

Mantan menteri Sosial itu lantas membeberkan rahasia Jawa Timur dalam keberhasilannya menekan penyebaran COVID-19. Di antaranya dengan mempertimbangkan masukan dari pakar epidemiologi dalam penanganan COVID-19 di Jawa Timur. Berdasarkan masukan itu pula operasi yustisi digalakkan secara serentak di seluruh daerah.

"Kali ini kita mendapatkan data bahwa penggunaan masker yang masif dan serentak terbukti mampu menurunkan kurva penambahan kasus COVID-19 di berbagai negara. Di samping itu, apabila 60 persen saja populasi mau pakai masker, rate of transmission atau tingkat penularan bisa turun di bawah satu. Oleh karena itu, kita adopsi gagasan yang telah scientifically proven (terbukti secara ilmiah) ini di Jawa Timur,” tutur Khofifah.

Khofifah menyebut, dalam satu bulan terakhir, penanganan COVID-19 di Jawa Timur difokuskan kepada perubahan perilaku dengan kampanye penggunaan masker yang masif oleh para tokoh diikuti dengan operasi yustisi yang tidak hanya memberikan hukuman, tetapi juga memberikan penghargaan kepada masyarakat yang patuh protokol kesehatan.

"Saya setiap weekend bersama tim dari Forkopimda, pangdam, kapolda, bupati, wali kota juga pimpinan instansi vertikal seperti BI, BPN, OJK dan para survivor COVID-19 bergantian untuk keliling kabupaten dan kota di Jawa Timur terjun langsung kepada masyarakat dengan cara gowes untuk menyampaikan ajakan 'Pakai Masker' sambil membagikan masker gratis dan sembako," ujarnya.

Tak hanya peningkatan cakupan penggunaan masker, percepatan 3T yang lebih masif juga sebagai kunci utama guna mengendalikan laju penyebaran COVID-19. Secara kumulatif, testing di Jawa Timur per 6 Oktober 2020 telah dilakukan kepada 1,346,878 orang, dengan rincian rapid test sebanyak 976.711 tes dan PCR sebanyak 370.107 tes.

"Saat ini, positivity rate Jatim telah turun dari 31 persen di bulan Juli menjadi 10 persen per minggu ini, yang artinya testing terus konsisten meningkat, sementara semakin sedikit kasus positif COVID-19 yang ditemukan di masyarakat. Ini merupakan pertanda bahwa intervensi kita on the right track,” kata Khofifah.

Walau telah terbebas dari zona merah, Khofifah tetap berpesan kepada masyarakat untuk tidak lengah. Kepatuhan akan protokol kesehatan seperti penggunaan masker dan menghindari kerumunan tetap harus dijalankan sampai penyebaran benar-benar berhenti.

"Saat ini, masyarakat Jawa Timur harus tetap waspada dan gotong royong karena kita semua belum divaksin. Satu-satunya vaksin yang saat ini kita miliki adalah patuh terhadap protokol kesehatan. Oleh karena itu, mohon tetap patuh terhadap protokol kesehatan sampai berhenti penyebaran COVID-19 ini," katanya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya