Efek Pandemi, Peneliti Sebut Ikan Cupang Kalahkan Drama Korea

Ikan cupang.
Sumber :
  • Freepik/jcomp

VIVA – Pandemi COVID-19 telah berimbas tidak hanya pada keterpurukan ekonomi, namun juga menambah beban psikologis yang berujung pada tingkat stres seseorang. Kondisi ini terjadi di sejumlah negara terdampak virus berbahaya tersebut.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati mengatakan, dampak tersebut didapat dari hasil kajian atau penelitian melalui media sosial selama periode 20 Maret hingga 1 November 2020.

Berdasarkan penelitian, efek pandemi telah membuat masyarakat aktif melakukan 15 aktivitas, yakni memasak dan mencoba menu baru, memelihara ikan cupang, rebahan, main game, belanja barang online, menggambar, koleksi barang, melihat video orang lain, menonton film, dan bersepeda.

Cuan Banget, Inilah Kenapa Live Selling Disarankan Buat Para Penjual Online

Kemudian, aktivitas yang belakangan mulai masif dilakukan lainnya adalah mengoleksi tanaman hias, main motor, memelihara kucing, fotografi dan menonton drama Korea.

“Kami menggunakan radar eventori, sebuah alat pemindai percakapan sosial di dunia digital, yang dikembangkan oleh anak-anak muda Indonesia di bidang IT,” katanya ketika menjadi pembicara dalam Forum Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Kelompok Kerja (Pokja) Wartawan Depok, di ruang Alfa X, Cimanggis, Depok, Sabtu 14 November 2020  

Riset: Kebiasaan Belanja Orang Indonesia, Bandingin Harga di Situs Online dan Toko Offline

Peneliti Vokasi UI itu mengungkapkan, sejak beberapa bulan terakhir, pihaknya mengamati ada sekira 140 juta tweet berbahasa Indonesia. Dan hasilnya, di media sosial muncul berbagai percakapan yang mengungkapkan bagaimana anggota keluarga yang merasa di nomor duakan oleh hobi seperti cupang atau tanaman hias.

“Dimana, seseorang seolah-olah lebih banyak melakukan diskusi dengan cupang atau tanamannya,” katanya.

Devie menuturkan, hasil studi big data ini menarik, bila dikaitkan dengan penelitian kualitatif yang dilakukan terhadap warga tentang kondisi mental mereka selama pandemi.

“Temuan kualitatif dengan metode fenomenologi, mengungkapkan bahwa warga mengalami stres. Mereka merasakan himpitan luar biasa,” ujarnya.

Menurut keterangan para informan, mereka mengalami tekanan dari dua dunia, offline dan online sekaligus, layaknya makanan burger.

“Mereka melihat dorongan kehidupan nyata dan maya berlangsung dalam satu waktu,” katanya.

Ia mencontohkan, seorang ibu muda dengan anak satu misalnya, menyampaikan bahwa dia merasakan bagaimana tuntutan ekonomi untuk bertahan hidup harus beriringan dengan upaya memastikan pendidikan anak terjaga serta situasi di rumah terkendali.

Di masa pandemi, nyaris tidak ada waktu untuk beristirahat. Pekerjaan kantor yang sebagian dilakukan offline dan online, bisa dilakukan di atas jam kewajaran di masa sebelum pandemi seperti di atas pukul 10 malam, mendadak serta dilakukan pada saat libur.

“Tidak heran kalau kemudian, banyak orang yang berupaya mengalihkan dan menyalurkan beban yang mereka rasakan melalui hobi-hobi baru tadi,” paparnya

Disisi lain, kata Devie terdapat dampak positif dengan hobi memelihara hewan. Menurut Asosiasi Depresi dan Kecemasan (ADAA) Amerika Serikat, memelihara hewan, membuat seseorang akan merasa memiliki tujuan hidup, yang justru menjauhkan dirinya dari stres dan depresi.

Peluang Bisnis saat Pandemi

Ditempat yang sama, pegiat tanaman hias, Agung Permana mengakui, telah terjadi lonjakan peminat tanaman hias sejak pandemi.

“Dan ini tentu sangat menguntungkan dalam hal bisnis,” ucapnya

Agung menyakini, dengan menyibukan diri bersama tanaman, ada berbagai manfaat postif yang dirasakan seseorang.

“Jadi tidak hanya berpengaruh baik untuk psikologis, namun jika dilakukan secara konsisten bisa menghasilkan keuntungan dari sisi ekonomi,” katanya

Ia menyebut, Depok adalah salah satu kota terbesar produsen tanaman hias di wilayah Jawa Barat. “Semua pelaku bisnis tanaman itu yang terbesar di Depok, kemudian Bogor. Kalau tanaman-tanaman yang banyak diburu kolektor itu banyak di Depok.”

Menuurutnya, jangan pernah berputus asa dengan kondisi yang terjadi saat ini. “Jadi pesan saya kalau teman-teman yang punya bakat saya siap diskusi, yang berkaitan dengan tanaman ya. Jangan pernah pesimis, ada peluang ayo kita manfaatkan,” ucap Agung.

Baca juga: Usut Video Porno Mirip Gisel, Polisi Akan Panggil Ahli IT

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya