Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Warga Kembali Mengungsi

Tempat pengungsian warga di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi.
Sumber :
  • VIVA/Fajar Sodiq

VIVA – Sejumlah warga yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi kembali ke tempat pengungsian setelah gunung tersebut menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanis. Bahkan, pihak Pemerintah Desa Balerante terus mengimbau kepada warga yang masih tinggal di kampung lereng Merapi untuk meningkatkan kewaspadaan.

Sekretaris Desa Balerante, Basuki mengatakan, sejak beberapa hari terakhir aktivitas vulkanis Gunung Merapi menunjukkan peningkatan. Setelah muncul guguran lava pijar pada Selasa petang lalu, kini muncul guguran awan panas pada Kamis pagi tadi.  

Dengan kondisi seperti itu, Pemerintah Desa Balerante mengimbau kepada warga yang tinggal di KRB III di desa tersebut untuk kembali mengungsi.

“Awalnya saat status Gunung Merapi meningkat menjadi siaga pada November lalu jumlah pengungsi di TES (tempat evakuasi sementara) di Balai Desa Balerante itu mencapai 281 pengungsi, tapi setelah lama tidak ada peningkatan aktivitas jumlah pengungsi menurun menjadi 178 pengungsi. Mereka pulang mungkin jenuh dan kangen dengan kampung halamannya,” kata Basuki, Kamis, 7 Januari 2021.

Baca juga: Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran Ganti 10 Kapolres

Lantas, karena adanya peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Merapi, lanjut dia, pihaknya mengimbau kepada warga yang masih tinggal di dukuh-dukuh yang termasuk KRB III untuk kembali mengungsi di TES Balai Desa Balerante. Namun, masih ada sebagian besar warga yang masih tinggal di kediamannya di lereng Merapi, yang merupakan kelompok produktif. 

“Kami mulai mengimbau dan mengingatkan kepada warga yang masih tinggal di kampung halamannya di KRB III untuk meningkatkan kewaspadaannya, karena aktivitas Gunung Merapi meningkat terus. Tapi sejak lima hari lalu jumlah warga yang mengungsi meningkat,” imbaunya.

Sebelumnya, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida dalam keterangan tertulisnya mengatakan jika awan panas guguran tercatat di seismogram. Awan panas guguran ini diketahui beramplitudo 21 milimeter dengan durasi 139 detik.

Sekolah Rentan Bencana Capai 57 Persen, Kemendikbud: Waspada!

"Awan panas guguran terjadi di Gunung Merapi tanggal 7 Januari 2021 pukul 12.50 WIB. Tinggi kolom teramati 200 meter dari puncak. Jarak luncur lebih kurang 300 meter," ujar Hanik.

Hanik menuturkan, arah awan panas guguran ini ke barat daya atau ke hulu Kali Krasak. Awan panas guguran pada pukul 12.50 WIB ini menjadi yang kedua kalinya pada 7 Januari 2021. Sebelumnya, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran pada pukul 08.02 WIB.

Banjir dan tanah longsor di wilayah Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan

Banjir dan Longsor di Luwu Sulawesi Selatan, 12 Desa Terisolir

Banjir dan tanah longsor yang melanda di 13 kecamatan di wilayah Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan telah memutus akses jalan penghubung. Bantuan logistik lewat helikopter.

img_title
VIVA.co.id
6 Mei 2024