Lahan Gambut di Agam Sumatera Barat Kembali Membara

Petugas memadamkan api di lahan sawit di Agam Sumatera Barat
Petugas memadamkan api di lahan sawit di Agam Sumatera Barat
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

BPBD menyebutkan, penyebab kebakaran lantaran adanya aktivitas pembakaran sisa rambahan oleh pemilik lahan. Ditambah lagi kondisi cuaca cukup panas dan disertai angin sejak awal bulan Februari 2021, mengakibatkan api dengan cepat merambat. 

Meski peralatan cukup memadai, namun sumber air terbatas sehingga upaya pemadaman cukup menyulitkan.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Unit Observasi Global Atmosopheric Watch (GAW) Stasiun Pemantau Atmosfir Global Kototabang memastikan jika konsentrasi PM10 atau kualitas udara di Sumatera Barat saat ini dalam kondisi normal atau baik meski, terdeteksi adanya titik panas di Tujuh Kabupaten dan kota. 

Peristiwa kebakaran 20 hektare lahan di Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam selama sepekan terakhir, juga belum mempengaruhi kualitas udara. 

"Titik panas yang terdeteksi di Sumbar dengan tingkat kepercayaan sedang antara 30 hingga 79 persen pada bulan ini tersebar di Tujuh Kabupaten dan Kota. Kabupaten Pasaman Barat, memiliki jumlah titik panas tertinggi yakni 19 titik di susul Kabupaten Pesisir Selatan dengan 11 titik panas. Itu data, diambil dari data harian titik panas yang direkam dari satelit MODIS (Tera, Aqua dan, SNPP)," kata Kepala BMKG Stasiun GAW Koto Tabang, Wan Dayantolis.

Dijelaskan Wan Dayantolis, konsentrasi rata-rata PM10 pada lima hari terakhir yang terpantau dan terekam di stasiun GAW Bukit Koto Tabang menggunakan instrumen BAM 1020 untuk monitoring PM10, berada pada konsentrasi dibawah 25 mikrogam/m3. 

Itu artinya, menandakan kualitas udara saat ini di Sumatra Barat masih dalam keadaan baik. Pola pergerakan arah angin sejak awal Februari hingga Tiga hari terakhir, bergerak dari arah Barat laut ke Tenggara.

Halaman Selanjutnya
img_title