Sejumlah RS di Yogyakarta Sempat Tutup IGD akibat Kewalahan

Simulasi Penanganan Pasien COVID-19. Foto ilustrasi.
Sumber :
  • VIVA/ Fajar Sodiq

VIVA – Sejumlah rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta sempat menutup layanan masing-masing Instalasi Gawat Darurat (IGD) akibat kewalahan menerima dan merawat pasien COVID-19 seiring lonjakan kasus penularan virus corona.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Penutupan sementara layanan IGD itu sempat menjadi perbincangan warganet di media sosial. Rumah sakit yang menutup layanan IGD-nya, di antaranya RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan RS Panti Rapih. 

Kepala RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Muhammad Komarudin mengakui memang sempat menutup sementara layanan IGD karena ada penumpukan pasien COVID-19 di IGD dan belum bisa dirawat di ruang isolasi. 

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Selain kaena lonjakan jumlah pasien, Komarudin juga menjelaskan, sejumlah tenaga kesehatannya terpapar COVID-19 sehingga pelayanan kesehatan terganggu. 

Sebagai langkah antisipasi kejadian serupa, RS PKU Muhammadiyah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya menambah ruang rawat inap. 

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Ruang vaksinasi COVID-19 kita pindah di luar rumah sakit. Ruang vaksinasi ini kita siapkan untuk UGD pasien COVID-19. Saya hitung ruangan ini cukup untuk 12 pasien, ini untuk antisipasi bila terjadi penumpukan," kata Komarudin dalam konferensi pers secara daring, Senin, 28 Juli 2021. 

Direktur RS Panti Rapih Triputro Nugroho mengatakan, sejak 26 Juni, IGD di rumah sakit itu mengalami lonjakan pasien sehingga melebihi kapasitas IGD dan ruang rawat inap. 

Untuk memberikan layanan maksimal kepada pasien, petugas memutuskan untuk menutup sementara layanan IGD karena kapasitas pasien berlebih dan keterbatasan tenaga kesehatan. 

"Tanggal 26 Juni kapasitas ruang rawat inap dan IGD sudah melebihi kapasitas dan crowded. Ada 12 hingga 13 pasien yang menumpuk di IGD. Kami ingin melayani pasien, tapi di sisi lain tenaga kesehatan kami terbatas," katanya. 

"Lalu kita lakukan pengaturan. Kita tidak menerima [pasien] sementara. Fokus pada pasien kami yang ada di IGD. Istilahnya, buka-tutup," ujarnya. 

Triputro mangatakan jika layanan IGD di RS Panti Rapih kembali dibuka pada 27 Juni dan telah melayani pasien.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya