Komjen Boy: Banyak Teroris Ingin BNPT Bubar

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar
Sumber :
  • Antara

VIVA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar, angkat suara terkait petisi oleh mantan narapidana teroris yang berisi pembubaran BNPT. Menurut dia, memang banyak teroris yang ingin BNPT bubar.

Detik-detik KKB Komplotan Keni Tipagai Serang Polsek Homeyo Intan Jaya yang Tewaskan Warga Sipil

“Teroris dan sekutunya memang inginnya BNPT bubar. Negara tidak boleh kalah dengan teroris,” kata Boy saat dihubungi wartawan pada Jumat, 17 September 2021.

Ia menganggap wajar apabila banyak pihak yang tidak puas dengan kinerja BNPT, karena manusia memiliki karakter yang berbeda-beda. "Kalau ada yang tidak puas itu hal wajar, karena karakter mereka memang berbeda-beda," kata dia.

Negara Ini Tuduh Iran sebagai Negara Teroris, Kok Bisa?

Menurutnya, ada sekitar 800 mantan narapidana teroris yang telah mengikuti program deradikalisasi oleh BNPT. Makanya, ia menyebut isi petisi pembubaran BNPT banyak misinformasi.

“Info di atas umumnya misinformasi. Berbagai program dengan pendekatan kesejahteraan kepada eks napiter sudah dilaksanakan. Sudah lebih 800 eks napiter yang mengikuti program deradikalisasi," ujarnya.

Mantan Teroris Poso Dukung Penuntasan Masalah Terorisme di Sulawesi Tengah

Baca juga: Diduga Teroris, Ini Peran Karyawan Kimia Farma

Di samping itu, Boy juga bicara mengenai anggaran tambahan yang diusulkan oleh BNPT belum dikabulkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Saat ini, BNPT mengalami pemotongan anggaran untuk mendukung penanggulangan COVID-19.

"Anggaran tambahan yang diusulkan belum bisa dikabulkan oleh Kementerian Keuangan, justru yang pemotongan anggaran atau refocusing untuk mendukung penanganan penanggulangan COVID-19," katanya.

Tahun 2021 saja, kata dia, BNPT sudah mengalami pemotongan anggaran sebanyak tiga kali. Jadi, informasi dalam petisi tersebut kebanyakan salah. "Tahun 2021 anggaran yang ada sudah dilakukan pemotongan 3 kali. Info diatas umumnya misinformasi," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya