Sehari 50 Kasus Aktif COVID-19, 750 Warga di Malang Langsung Dites PCR

Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Husnul Muarif.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Lucky Aditya.

VIVA – Kasus aktif di Kota Malang, Jawa Timur terus mengalami peningkatan. Catatan Dinas Kesehatan Kota Malang per Rabu, 26 Januari 2022, ada tambahan 50 kasus aktif. Total kasus COVID-19 di Kota Malang paling tinggi di Jawa Timur dengan 140 kasus aktif. 

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Kepala Dinkes Kota Malang Husnul Muarif mengatakan, munculnya kasus 50 orang positif COVID-19 karena tracing dan testing yang dilakukan dari kasus sebelumnya. Dengan tambahan kasus ini Dinkes memperluas cakupan tracing dan testing. 

"Kan ada klaster nah itu setop ini, supaya penyebarannya tidak tambah banyak, makanya mulai kemarin 50 itu sudah kita tracing semua, dan paling tidak harus dapat 750 kontak erat," kata Husnul. 

Diduga Cemburu, Suami Bacok Istri yang Sedang Hamil 4 Bulan

Kepala Dinkes Kota Malang, Husnul Muarif.

Photo :
  • VIVA.co.id/ Lucky Aditya.

Husnul mengatakan, rumusan dari tracing dan testing adalah 1 pasien positif COVID-19 harus menyasar 15 kontak erat. Sehingga dari tambahan 50 kasus baru maka muncul angka 750 orang kontak erat. Jika dari 750 orang ini ditemukan hasil positif maka akan diperluas lagi tracing dan testing-nya. Semuanya langsung swab PCR. 

Gunung Ruang Sulawesi Erupsi, Maskapai AirAsia Batalkan 21 Penerbangan Rute Malaysia

"Supaya nanti terpageri, siapa saja yang berhubungan kemarin positif ini kita tracing, kita tes lagi. Tidak menutup kemungkinan hasil tracing 50 x 15 jadi 750 orang. Jika itu diantaranya ada yang positif, ketika ada yang positif langsung tracing dan testing. Langsung kita pakai PCR," ujar Husnul. 

Husnul menuturkan, tambahan kasus aktif COVID-19 berasal dari klaster pernikahan dan perjalanan wisata. Sebelumnya, kasus di Kota Malang didominasi oleh klaster keluarga dan sekolah. Semua pasien COVID-19 di Kota Malang menjalani isolasi mandiri karena mayoritas tidak bergejala. 

"Itu ada klaster keluarga, ada klaster kondangan, menghadiri manten (nikahan). Terus ada klaster tahlilan, klaster perjalanan. Semuanya isoman karena tidak ada gejala," tutur Husnul. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya