Politisi PDIP Ini Pertanyakan Motif IDI Pecat Terawan

Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto
Sumber :
  • DPR RI

VIVA – Anggota Komisi IX DPR, Rahmad Handoyo mempertanyakan motif Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memecat permanen mantan Menteri Kesehatan RI dokter Terawan Agus Putranto

Miris! Angka Stunting Cuma Turun 0,1 Persen, Padahal Sudah Keluar Puluhan Triliun

Menurut dia, drama pemecatan Terawan mestinya menjadi ranah privat organisasi. Maka ia menduga ada unsur kesengajaan sehingga diviralkan di media sosial.

“Drama pemecatan mestinya menjadi ranah privat organisasi, diduga ada kesengajaan diviralkan ke ranah publik dan publik diajak pro dan kontra. Sehingga, menjadi energi negatif bagi pelayanan kesehatan nasional apalagi era perang melawan pandemi. Jadi, pantas dipertanyakan motif viralnya di masyarakat,” kata Rahmad melalui keterangannya pada Minggu, 27 Maret 2022.

Elite Gerindra Jelaskan Maksud Pesan Prabowo Jangan Ganggu Jika Tak Mau Kerja Sama

IDI, kata dia, merupakan organisai profesi yang telah lahir memiliki sejarah panjang dengan banyak prestasi dan pengabdian kepada kesehatan negara. Namun, konflik berkepanjangan membuat masyarakat jengah disuguhin drama tidak elok, konflik berkepanjangan terlebih banyak dokter ada yang pro dan kontra terhadap substansi yang dipersoalkan IDI.

“Banyak masyarakat yang mendukung temuan-temuan kedokteran semacam ini, sehingga menjadikan IDI diduga lebih terlihat pada persoalan personal,” jelas anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan.

DPR Sebut UU Kementerian Negara Sudah Usang, Perlu Direvisi

Makanya, Rahmad menyayangkan deretan panjang prestasi IDI buat masyarakat, tapi terbelah pro dan kontra terhadap pemecatan ini dibawa ke ranah publik. Harusnya, IDI lebih fokus kepada bagaimana berpikir memenuhi kekurangan dokter umum dan dokter spesialis serta bagaimana pemerataan praktik dokter di Indonesia.

“Selama masih sebagai wadah tunggal sebelum diamandemen UU praktik kedokteran, IDI hendaknya kita dorong menyelesaikan persoalan dengan mengedepankan pembinaan, komunikasi dan cara-cara yang elegan, dan tidak mengajak masyarakat untuk turut berpolemik terhadap persoalan,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya